Menelusuri Jejak Kerajaan Thailand di Curug Dago, Wisata Alam Bersejarah yang Terlupakan
rexnewsplus.com – Kota Bandung Jawa Barat memiliki banyak destinasi wisata alam eksotis. Seperti panorama Curug Dago, air terjun indah yang menyuguhkan suasana alam serta prasasti peninggalan Kerajaan Thailand, yang mungkin tak banyak orang tahu.
Curug Dago berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggian air terjun hanya sekira 15 meter saja, karena terbentuk dari aliran Sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya lalu memasuki Kota Bandung.
Meski begitu, curahan airnya tetap deras dan terlihat elok di pandang. Akses masuk ke Curug Dago terbilang sulit karena berada di tempat tersembunyi daerah Bukit Dago, yang masih termasuk kawasan Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda Dago.
Wisatawan yang hendak berkunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi dan parkir di pelataran parkir Taman Budaya.
Tak jauh berbeda dengan air terjun pada umumnya, untuk melihat keindahan air dari debit tinggi, Anda harus menelusuri jalan setapak serta tangga yang cukup curam.
Selama perjalanan menuruni anak tangga, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan alam berupa pepohonan yang hijau serta sejuknya angin sepoi-sepoi.
Sesampainya di air terjun, pengunjung akan disuguhkan alam yang masih asri dan gemericik air di sekitarnya menyegarkan mata. Tak lupa untuk berswafoto dengan view air terjun yang mengalir di antara dua tebing batu.
Selain itu, pengunjung akan menemukan dua pondok berwarna merah yang merupakan suatu bangunan bersejarah terletak di Desa Dago, Kecamatan Coblong, Bandung, Jawa Barat. Pondok tersebut berisi dua prasasti atau batu tulisan.
Prasasti batu tersebut merupakan peninggalan dari Kerajaan Thailand pada abad ke 18. Prasasti batu ini bertuliskan nama raja yang diketahui bernama Raja Chulalonkorn II (Rama V). Raja Rama V menyambangi Curug Dago sekitar tahun 1896.
Ia lalu kembali berkunjung untuk kali kedua pada 1901. Pada lawatan keduanya, sang raja kembali menulis datas batu prasasti. Raja Rama V menuliskan paraf dan tahun Rattanakosin, Era 120 (Bangkok).
Selanjutnya pada batu prasasti lainnya, ditemukan ukiran nama Raja Pradjathiopok Pharaminthara dari Dinasti Chakri yang juga pernah berkunjung ke Dago. Raja yang dikenal dengan gelar Raja Rama VII ini menyambangi Curug Dago pada 1929.
Nah, jika Anda merasa lelah saat menulusuri keindahan alam Curug Dago. Objek wisata ini pun menyediakan berbagai fasilitas yang memadai berupa saung, warung kecil, toilet dan taman anak-anak untuk bermain sebelum atau sesudah dari air terjun.
Namun, keindahan alam dan bersejarah di Curug Dago menjadi pupus dikarenakan kondisi saat ini tercemar oleh limbah domestik rumah tangga yang dialirkan ke sungai. Sehingga membuat warna airnya menjadi coklat pekat, menandakan sudah tidak jernih lagi.
Untuk mengakses lokasi ini, terdapat beberapa cara yang bisa ditempuh yakni melewati jalan seberang Terminal Dago atau Taman Budaya Ganesha Dago dengan jarak tempuh 8 kilometer dari Utara Pusat Kota Bandung.
Adapun harga tiket masuknya cukup terjangkau, untuk wisatawan domestik dikenakan IDR 12.000 dan wisatawan mancanegara (wisman) seharga IDR 52.000. Jika membawa kendaraan pribadi Anda harus membayar parkir seharga IDR 5.000. (joseph/rn+)
Ricky Sjafei adalah aktivis pariwisata berdomisili di Bandung, penulis aktif, pendiri KGB – Kumpulan Guide Bandung dan anggota ITLA – Indonesia Tour Leader Association
Bantu kami dengan meng-Klik Iklan yang muncul
Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera ditayangkan. Materi dan photo-photo (max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!