KEISTIMEWAAN WANITA DI KOTA 1000 WALI

Wanita Tarim (Pinterest/Foto Istimewa)

rexnewplus.com – Wanita Tarim mendapat julukan bidadari bumi yang terpelihara. Mereka di didik dalam jalur Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra, putri Rasulullah Muhammad SAW. Tarim adalah sebuah kota yang letaknya di Hadramaut, Yaman. Kota Tarim memiliki jarak sekitar 640 kilometer dari kota San’a, ibukota Yaman. Tarim mendapatkan julukan sebagai kota seribu para wali, karena dari Kota Tarim banyak lahir para waliyullah dan ulama-ulama keturunan Rasulullah Muhammad SAW.

Dalam buku berjudul ‘Bidadari Bumi, 9 Kisah Wanita Sholehah’ karya Ustazah Halimah Al-Alaydrus, ada cerita menarik tentang keistimewaan perempuan Tarim, Hadramaut, Yaman. Diceritakan, perempuan Tarim sudah terbiasa sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan beragama yang dekat dengan ulama, majlis ilmu, maulid dan sebagainya. Sejak kecil mereka dididik untuk membaca Alquran oleh orang tua mereka. Terdidik dengan akhlak yang mulia. Pergaulan mereka terjaga. Begiu juga aurat mereka. Bagi mereka setelah mencapai umur baligh, tempat mereka adalah di dalam rumah. Mereka tidak pernah melihat lelaki asing selain dari saudara-saudara lelaki dan orang tua mereka saja. Mereka dibesarkan dengan tidak mengenal musik, tidak mengenal kebiadaban dan tidak kenal wajah orang fasiq. Perbincangan mereka adalah perbincangan tentang majlis-majlis ilmu, Alquran, adab, akhlak, tasawwuf dan seumpamanya. Begitulah keadaan mereka dibesarkan. Apabila tiba saat yang sesuai untuk dinikah oleh walinya maka mereka dinikahkan pada pasangan yang sesuai. Pilihan keluarga, dan tanpa ada bantahan. Tanpa ada cinta atau ‘datang’ sebelumnya. Kebiasaannya mereka menikah di usia yang masih muda, sekitar belasan tahun. Begitulah keadaan mereka, cukup terpelihara dan terjaga.

Wanita Tarim juga tidak pernah menyusahkan suami mereka. Begitu juga dengan para suaminya, tidak menyusahkan isteri mereka. Apabila barang kebutuhan rumah seperti beras susu dan sebagainya kehabisan, mereka tidak langsung memberitahu suami karena khawatir suami mereka tidak mempunyai uang atau sedang sibuk. Maka yang mereka lakukan adalah meletakkan bungkusan-bungkusan kosong pada tempat yang mudah dilihat suaminya. Begitu juga para suami, seluruh hajat dan keperluan dapur seperti sayur dan sebagainya suami yang membelikan. Keadaan ini tidak pula menghalangi para isteri untuk keluar membeli ke pasar seperti membeli baju atau barang keperluan wanita. Namun urusan dapur seperti membeli sayur, beras dan lain-lainnya itu merupakan tugas suami atau pembantu.

Keseharian wanita tarim (Pinterest/Foto Istimewa)

Adapun Keistimewaan Wanita Tarim Bidadari Bumi yang Terpeliihara :

  1. Sangat taat kepada Allah dan memiliki rasa malu pada Allah, Menjaga lisan dan perbuatan dengan baik.
  2. Selalu berdzikir, doa, bersholawat di setiap keadaan.
  3. Sederhana, tidak berlebihan dalam menyikapi dunia.
  4. Menutup aurat sesuai syariat, dengan sempurna.
  5. Menjaga pandangan dari yang bukan mahram.
  6. Ketika marah mereka berdoa yang terbaik.
  7. Menikah dengan mahar yang mudah, tidak memberatkan pihak laki laki.

Amalan wanita Tarim dimana kebanyakan mereka sangat jarang keluar untuk bekerja, akan tetapi senantiasa menjadikan asbab datangnya Rezeki. Seperti,

  • Membaca Surah Thaha sebelum mereka tidur. Dibaca setiap malam.
  • Membaca Surah Al-Waqi’ah setelah Sholat Asar.
  • Beristighfar 100 kali di waktu pagi dan 100 kali di waktu petang.
  • Rajin tahajud.
  • Rajin sedekah.

Bidadari Tarim (Pinterest/Foto Istimewa)

Kebiasaan kebiasaan ini rupanya yang merupakan rahasia kenapa Tarim menjadi kota suci yang melahirkan ribuan wali. Dalam sebuah kisah salah satu ulama besar asal Tarim yaitu Habib Umar bin Hafidz, beliau mengisahkan bahwa banyak anak kecil disana, yang belum tumbuh kumisnya sudah bisa menjadi seorang wali.n Menurut penuturan Habib Umar, para wanita Tarim mendidik mendidik anak-anak mereka dengan dzikir dan sholawat sejak kecil. Ketika hamil, mereka banyak dzikir dan sholawat. Ketika menyusui mereka berdzikir dan bersholawat. Saat menggendong anak, mereka berdzikir dan bersholawat. Saat memasak, mereka juga dzikir dan sholawat. Jadi tidak heran jika putra-putra mereka menjadi para Auliya’ dan Ulama. (Nanda/rn+)

Artikel Ini Diambil Dari Beberapa Sumber

Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera di tayangkan. Materi dan photo – photo ( max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi  (+62) 87729436180)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *