MISTERI DI BALIK TARI PIRING, TARIAN KHAS SUMATRA BARAT YANG MEMEGANG DUA PIRING TANPA JATUH DAN MENGINJAK-INJAK PECAHAN KACA TANPA MELUKAI KAKI PENARI

Tari Piring Sumatera Barat (foto istimewa)

rexnewplus.com – Bekas pecahan kaca yang tertinggal di lantai apabila terinjak oleh kaki seseorang biasanya kaca tersebut akan melukai kaki orang tersebut. Tak jarang seseorang akan merasa kesakitan saat menginjak pecahan kaca tersebut. Sekalipun hanya satu pecahan kaca yang terinjak. Bahkan ada yang sampai berlumuran darah saat tak sengaja menginjak satu pecahan kaca. Namun, tidak dengan para penari piring di Sumatra Barat ini. Mereka menginjak ratusan pecahan kaca tanpa melukai telapak kaki mereka sedikit pun. Bahkan mereka melompat-lompat ria sambil tersenyum di atas pecahan kaca yang telah disediakan. Tak terlihat darah sedikit pun yang memancar di telapak kaki mereka.

Tari Piring di Atas Kaca merupakan salah satu bentuk pertunjukan budaya masyarakak Desa Andaleh, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang diwarisi masyarakatnya sejak lama. Seni pertunjukan ini selatu ditampikan pada upacara alek nagari yang diadakan satu kali dalam setahun. Ia terbungkus dalam bingkai Sepekan-Kesenian Tradisi dan selalu menjadi tontonan menarik bagi masyarakatnya. Sebagai sebuah produk budaya Minangkabau, Tari Piring dapat dijumpai pada hampir seluruh pelosok desa di Sumatera Barat. Keadaan tersebut merupakan perwujudan dari ekspresi budaya masyarakat agraris Minangkabau. Pada budaya masyarakat agraris itu, berkembang kehidupan mistis yang kadang sejalan dengan berbagai bentuk penampilan kesenian. Salah satunya dapat dilihat dari penampjlan Tari Piring di Atas Raca di Desa Andaleh, yang menampilkan atraksi mendebarkan, seperti menari piring sambil menginjak pecehan kaca, berguling tanpa memakai pelindung badan, namun tidak mengalami cedera terjadi karena dalam melakukannya. Kenyataan Tari Piring tersebut mereka mengamalkan salah satu aliran taaawuf yang berkembang di desa itu, yaitu Tarekat Naqsyabandiyah serta kebatinan. Studi yang memaparkan tentang bagaimana keberadaan Tari Piring di Atas Kaca di Deaa Andaleh, dan hubungannya dengan kegiatan mistis serta Tarekat Naqsyabandiyah itu, dilakukan melalui pendekatan multidisiplin, utamanya adalah melalui pendekatan religi. Selain itu, usaha untuk mengamati permasalahan dari sisi komunikasi, sosiologis, dan antropologis sangat dimungkinkan

Menari piring di atas pecahan kaca (Foto Istimewa)

Tari Piring adalah seni tari tradisional Minangkabau yang menggunakan piring sebagai properti utama atraksinya. Dalam bahasa Minangkabau, tari ini disebut dengan tari piring. Dua buah piring kaca diletakkan dikedua tangan penari sambil menari. Para penari akan mengayunkan piring di tangan dengan gerakan cepat dan teratur tanpa terlepas dari pegangan. Bukan orang Minang namanya jika bukan memiliki maksud untuk menciptakan sebuah karya. Tari piring, memiliki makna yang mendalam pada setiap gerakan tari piring tersebut. Menurut pemahaman penduduk Sumatera Barat gerakan tari piring melambangkan kerja sama ketika warga sedang berada di sawah.  Koreografinya meniru cara petani bercocok tanam dan juga menunjukkan rasa syukur saat mereka menuai hasil panen padi.

Salah satu hal yang sangat menarik dalam tari piring adalah penari yang menari-nari di atas pecahan piring, tanpa merasa kesakitan dan tetap meliuk-liukkan tubuhnya hingga musik berhenti. Hal tersebut dapat dilakukan, karena sebelum beraksi si penari harus berkonsentrasi penuh dan mensugesti otaknya bahwa pecahan kaca tersebut terlihat seperti lumut. Atraksi yang ditampilkan dalam tarian khas Kota Jam Gadang ini memang serupa dengan debus. Yakni bergulingan di atas pecahan kaca, menusuk bagian tubuhnya dengan senjata tajam, memukul tubuh dengan kayu dan rotan, serta menari di atas sebuah kelapa. .  (Nanda/rn+)

Artikel Ini Diambil Dari Beberapa Sumber

Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera di tayangkan. Materi dan photo – photo ( max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi  (+62) 87729436180)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *