Laporan perjalanan Achmad Suradi, free lance Tour Leader

New York, USA, rexnewsplus.com – Kalau orang-orang lain terpengaruh penggalan naskah FTV “Cappadocia its my dream”, justru Achmad Suradi berbeda, dia selalu menyatakan impiannya itu dalam setiap perbincangan dan pertemuan “USA its my dream.” Dan teman-temannya selalu menyemangati dia dengan mengatakan bahwa your dream will come true, just wait.
Dan kini impiannya untuk mengunjungi Negeri Paman Sam terbukti. Achmad Suradi yang biasa dipanggil Suradi atau Adi itu kini mulai akan dipanggil Paman SAM oleh teman-temannya. SAM (Suradi Achmad Membuktikan) bila nanti kembali ke Tanah Air. Walaupun tidak nyambung tetapi baginya menjadikan sebuah hiburan diantara kerinduannya pada teman-temannya yang berjarak ribuan kilometer dari tempatnya kini.

Dari New York City Suradi menceritakan pengalamannya kepada rexnewsplus.com.

“Sekarang di sini pk 03.25 dini hari” Suradi membuka percakapan melalui video call. Perbedaan waktu antara Bandung (WIB) dengan New York adalah 12 jam. Wajah Suradi nampak letih, ngantuk dan sedikit stress. Jadi teringat lirik lagu Ebiet G Ade.. kau nampak tua dan lelah….. Betapa tidak, perjalanan dari rumahnya di Bandung hingga tiba check in di hotel New York menghabiskan waktu sekitar 35 jam terhitung transit di Narita dan menunggu penerbangan.

Suradi lalu menceritakan bagaimana prosedur dan pengalamannya hingga dia menginjakan kaki di tanah impiannya itu
“ Saya check in 3 jam sebelumnya di Counter JL (Japan Airlines) yang akan membawa saya terbang ke New York melalui Narita. Counter dibuka hampir 2 jam sebelumnya. Sebuah atraksi unik terjadi, dimana seluruh counter check in staff berdiri di depan meja counternya lalu mengucap salam dalam Bahasa Jepang sambil membungkuk. Sontak para calon penumpang sejenak terkesima dan mengapresiasi hal itu.” Jelas Suradi.

Selain dia ada ratusan penumpang lain yang akan terbang ke Narita – Jepang. Dalam antrian untuk check in flight yang cukup panjang itu, kita sudah harus menyiapkan beberapa dokumen, antara lain hard copy Ticket, passport, bukti Visa, bukti PCR negatif hard copy nya juga, bukti kita sudah di booster, artinya sudah 3 kali vaksin dan menunjukan nya di aplikasi peduli lindungi. Bukti PCR harus maksimal 24 jam sebelum jam take off dan semua dokumen tersebut diperiksa secara teliti dan cukup ketat. Demi kenyamanan dan keamanan semua, prokes PCR benar-benar ketat, petugas secara detail memeriksa jam dan menit kapan sample diambil, akan disesuaikan dengan waktu saat pesawat akan terbang.

Setelah itu bagasi kita akan ditimbang. Sesuai dengan peraturan penerbangan internasional kelas ekonomi, Japan Airlines memberikan batasan hanya membawa dua bagasi dengan maksimum berat tidak boleh lebih dari 23 kg per orang. Begitupun juga Cabin yang kita bawa beratnya tidak boleh melebihi 7 Kg dan akan diberikan Cabin Tag.

Usai check in procedure selanjutnya antri di imigrasi Indonesia. Tidak seperti bila kita akan terbang ke negara lain yang mana petugasnya tidak menanyai maksud dan tujuan bepergian, Suradi sempat diinterogasi mengenai rencana penerbangannya ke Amerika. Mungkin prosedur masuk Amerika memang sangat ketat, mulai dari check in counter, imigrasi yang memang SOP nya seperti itu.

Penerbangan malam ke Narita – Jepang ditempuh dalam 7 jam. Dalam penerbangan itu disajikan makan malam yang nikmat karena sejak siang belum makan. Suradi menyantap habis makanannya. Mungkin kalau pramugari Jepang yang cantik itu menawarinya lagi dia tidak akan menolak. Sesekali dia ngarep akan ditawari lagi, eh ternyata tidak. Ngga friend nih pramugari, mau minta malu dan gengsi, ya sudah lah. Akan diingat olehnya, namanya Miyabi.

Sepanjang penerbangan Suradi tidak bisa tidur, hatinya gundah. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Suradi bukan pertama kali melakukan long night flight. Dia sudah travel arround. Sudah beberapa kali dia bareng terbang lama belasan jam dengan rexnewsplus.com, namun kali ini dia selalu teringat pada anak dan istrinya, terlebih pada ayam jago bernama si Kongkorongok bersuara kukuruyuk kencang yang baru seminggu lalu dia beli dari Yuri sahabatnya.
Tiba di Narita Airport – Jepang untuk transit, rupanya kembali pemeriksaan cukup ketat juga. Begitu keluar dari pesawat melalui belalai / Garbarata, kurang lebih 2 menit berjalan langsung menuju ke tempat pemeriksaan transit. Disini akan diperiksa dokumen perjalanan dan barang bawaan kita seperti air mineral dan barang-barang dengan alat metal detector. Di tempat transit juga akan diperiksa form CDC (Corona Disease Check) yang dibagikan di Jakarta. Form tersebut ada sebanyak 5 lembar yang harus kita isi dan tanda tangan. Selesai dari situ lanjut menuju boarding gate dan menunggu kurang lebih 4 jam.

Penerbangan lanjutan dari Narita pada jam 11.00 waktu setempat menuju New York dengan flight duration kurang lebih selama 13 jam.

“Sepanjang perjalanan di dalam pesawat selama kurang lebih 13 jam memang terasa lama dan sangat membosankan. Apalagi sejak dari lepas landas semua jendela langsung ditutup secara otomatis. Berdasarkan pengalaman dan beberapa referensi sih memang kita akan melewati International Date Line yang mana ada perbedaan waktu yang cukup signifikan. Mungkin supaya tidak panik dengan perubahan cahaya di luar.” Jelas Suradi.

Bagi Suradi long solo traveling flight ini dirasa agak membosankan, tetapi inflight entertainment di Japan Airlines cukup menghiburnya, sepanjang penerbangan pramugari kerap menawarinya berbagai makanan dan minuman mulai dari wine, soda, juice hingga ocha.
Alhamdulilah….. akhinya tiba juga di New York. Menurut jadwal seharus jam pesawat landing di Bandara JFK pukul 10 pagi waktu NYC, tapi mungkin karena jalan nya tidak macet dan pilotnya jago ngebut sehingga sudah bisa landing 30 menit lebih awal.

Saat keluar dari pintu pesawat seakan tidak percaya, betapa negeri impian itu sudah di hadapannya. Dua kali Suradi mencubit kulit tangannya, mencoba memulihkan kesadaran untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Ternyata benar, dilihatnya wajah-wajah bule dan negro menyambutnya dan mengarahkannya ke tempat pemeriksaan dokumen keimigrasian. Bersamanya ada puluhan penumpang berwajah asia, rupanya dari Philiphina yang akan bekerja di Cruise.

Antrian cukup mengular saat itu, counter imigrasi hanya buka 3 saja, seakan tidak berbanding dengan ratusan penumpang yang baru saja turun. Ketika tiba gilirannya di hadapan petugas Suradi mencoba mengatur nafas dan air mukanya. Ketegangan sesungguhnya sudah dimulai sejak antrian. Ada dua antrian bagi warga Amerika dan pendatang yang dibedakan dengan warna biru dan kuning.

Di hadapan petugas Suradi denagn tenang menjawab setiap detil pertanyaan petugas. Passport, Visa, bukti reservasi hotel, hasil PCR dan segala macam yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan oleh petugas imigrasi. Adalah sebuah kewajaran bila petugas mencari tahu secara detil dan terperinci akan maksud dan tujuan kedatangan orang asing yang akan memasuki wilayah negaranya.

Suradi menunjukan semua bukti reservasi tiket kepulangan ke Indonesia, reservasi hotel selama di Amerika, alamat dan tempat wisata yang akan dituju selama 2 minggu dia melakukan solo traveling.
Keluar dari imigrasi Suradi bergegas menuju toilet. Ah ringan rasanya melewati fase kritikal dalam perjalanan masuk ke suatu wilayah negara. Suradi sudah berada di wilayah Amerika, sudah ada di New York. Ketika keluar dari kawasan Bandara, dia disambut dengan udara dingin sekitar 11 derajat Celcius.

Ini New York… ini Amerika….

Mana Captain America ? Mana Hulk ? Mana para Avengers ?
Namun tiba tiba Suradi agak sedih, teringat pada ayam jago nya di rumah yang diberi nama si Kongkorongok