MENJELAJAH DUNIA MELAYANI WISATAWAN SAMBIL BER TADABUR ALAM

rexnewsplus.com – Dalam benak seorang anak kecil yang berperawakan tinggi kurus, kulit putih dan badan tegap, sosok seorang tentara dengan pakaian loreng dengan helm khas memanggul ransel besar dan menenteng senjata amatlah gagah. Apalagi melihat gambar seorang Jendral dengan tanda pangkat bintang empat berjejer di pundaknya sambil memegang tongkat komando membuatnya selalu terpacu untuk menjadi sosok seperti itu.

Dalam keluangan waktu, lagu Paint it  Black yang dibawakan  The Rolling Stones selalu didengarnya. Hal itu yang menjadi penyemangat baginya untuk masuk ke dunia militer. Sejak masa SMP, keinginan tersebut sudah diketahui ayahnya, seorang yang bekerja di bidang pariwisata di seputaran Ancol.

Lepas dari SMA, niat dan semangat Suradi untuk masuk militer masih membahana, akan tetapi dengan menghadapi situasi dan kondisi keluarga saat itu yang sangat tidak memungkinkan dia masuk ke dunia militer, Suradi memilih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi dengan mengambil jurusan Ekonomi.

Mulai tahun 1997 Suradi mulai memasuki dunia baru, dunia indistri pariwisata. Sebuah dunia kerja yang sangat jauh dari angan-angan sejak kecil, menjadi sosok yang tegas, tegap, disiplin dan agak garang. Tetapi memang Tuha itu Maha Penentu jalan hidup seseorang. Suradi dituntut menajdi sosok yang harus menjunjung tinggi sebuah hospitality. Dengan berkecimpung di industri pariwisata, Suradi dituntut Groomings dan Greetings, kendati dia mula-mula ditempatkan di Back Office sebuah Biro Perjalanan Wisata terkemuka saat itu.

Bagi Suradi, awal mula dia ditarik ke bagian operasional lapangan pada tahun 1998 ada kegiatan PON – Pekan Olahraga Nasional, kantor tempatnya bekerja mendapat pekerjaan untuk handlimg operation antar jemput delegasi, baik pemain maupun official.

“Kenangan tidak terlupakan pada awal diterjunkan di lapangan, waktu itu ditugaskan utuk menjemput tamu di Bandara, akan tetapi ada fligth delaying sehingga berefek pada rencana perjalanan selanjutnya, alhasil kena semprot tamu dan manager kantor. Dari situ saya mendapat pelajaran berharga bahwa tugas di lapangan itu berat dan kita sungguh menjadi ujung tombak keberhasilan suatu rangkaian perjalanan yang telah disusun, tetapi dengan adanya faktor “x” kadang kita menjadi sasaran complaints” ungkap Suradi.

Berangkat dari penugasan tersebut, Manager kantor tempatnya bekerja mungkin melihat sebuah potensi besar dalam diri Suradi, sehingga dia diberi kesempatan untuk lebih banyak belajar dan dikirim untuk mengikuti short course Ticketing, Guiding, Leadership dan lainnya.

Suradi amat menyukai pekerjaan ini. Saat ini dia menekuni pekerjaan sebagi seorang Freelance Tour Leader. Sertifikat Tour Leader dia dapatkan melalui Sertifikasi yang dislenggarakan oleh salah satu LSP dan bahkan Suradi pun sebagai Assesor dari salah satu LSP – BNSP terkemuka. Baginya pekerjaan harus disertai oleh hobby dan rasa cinta terhadap apa yang ditugaskan oleh atasannya.

Cinta terhadap pekerjaan, tumbuh pula cinta pada rekan sekerja yang kini menjadi ibu dari seorang anaknya yang kini sudah tumbuh besar dan mengenyam pendidikan di Negeri Kincir Angin.

Dalam benak Suradi saat itu, luar negeri adalah sebuah tempat yang jauh di ujung dunia, sebuah tempat berbeda dari segi iklim, budaya, tata cara dan banyak hal. Suradi yang memang sejak kecil pula ingin melihat dunia dari dekat pun berkesempatan terbang ke Singapura untuk pertama kalinya sambil meng-handle sebuah group.

Suradi cukup fasih berbahasa Inggris, karena baginya dengan minimal menguasai bahasa Inggris diapun akan menguasai dunia.

“Sebetulnya bukan hanya fasih berbahasa asing saja, dalam hal ini bahasa Inggris, akan tetapi ketika kita membawa group wisata banyak hal yang harus kita kuasai, seperti halnya pengetahuan umum tentang segala macam negara yang kita kunjungi, secara spesifiknya adalah sisi pariwisatanya. Selain itu pengetahuan kita tentang dunia penerbangan yang meliputi ticketing, check in procedure hingga kepabeanan, tax refund dan banyak lagi,” terang Suradi.

Tambah dia, segala kecakapan tersebut bisa diperoleh secara otodidak karena sering jalan di lapangan, tandem handling bersama senior dan berdasarkan teori-teori yang bisa dipelajari dan didapat dari berbagai sumber.

Informasi dari medsos yang begitu terbuka dan beragam bisa menjadi panduan dan literasi positif. Era digital dan teknologi informasi sangat memudahkan kita dalam mencari sesuatu. Beruntung kita yang hidup pada masa kini, dimana segala kemudahan akan informasi mudah dijangkau dan diperoleh dalam genggaman dengan kurun waktu singkat.

Dari pengalaman dan kemampuan berbahasa Inggris yang baik serta kecakapan di lapangan, Suradi banyak diminta menangangi beberapa tamu-tamu VIP dengan tujuan kunjungan khusus. Treatment yang diberikan Suradi kepada setiap tamu membawanya pada nilai kepercayaan tinggi dari beberapa Travel Agent yang memberikannya tugas tersebut.

Standard Operational Procedure atau SOP dari masing-masing travel agent pemberi tugas berbeda-beda, tetapi berdasarkan pengalaman saya sudah membiasakan untuk menghubungi tamu-tamu yang akan saya bawa beberapa hari sebelumnya. Pengenalan diri ini penting karena tamu akan merasa nyaman dan diperhatikan. Tidak semua tamu pernah mengunjungi destinasi atau negara yang akan dituju, untuk itu saya selalu menjelaskan hal-hal yang menjadi perhatian dan pengetahuan bagi mereka. Do and dont sungguh penting agar tamu tidak keliru,  misalnya pakaian sesuai musim, mata uang, barang bawaan yang boleh ataupun dilarang masuk ke sebuah negara dan lainnya,” terang Suradi.

Dengan kemajuan teknologi informasi, Suradi bersama team dari kantor memberikan arahan dan penjelasan kepada para peserta tour sebelum berangkat melalui media telepon, zoom ataupun secara face to face.

“Biasanya dengan telah dilakukan peretemuan awal, begitu kita sudah ketemu tamu di airport, kita sudah briefing di airport, dan kita bikin suasana cair di airport, kesananya in sha Allah lancar,” ungkap ayah satu anak ini.

Suradi sudah berkelana hampir semua Lima Benua yang ada di dunia ini. Benua Afrika, Benua Australia, Benua Eropa, Benua Amerika, Benua Asia.

Ketika ditanya rexnewsplus.com perihal benua mana yang paling menaik, jawabannya adalah Benua Eropa.

“Karena memang pertama kali saya menginjakan kaki di Eropa itu sudah mulai ada feel-nya gitu. Jadi, apalagi kalau namanya Belanda itu punya kenangan tersendirilah. Dahulu itu ke Eropa mendapat kesempatan mengikuti Famtrip dari salah satu airlines juga, jadi ya memang feel-nya beda banget,” kenangnya.

Bagi Suradi yang sudah malang melintang menjadi Tour Leader, memang diakuinya tidak selalu mulus dalam meng-handle sebuah perjalanan. Banyak faktor yang menjadi penyebab, antara lain di beberapa daerah di Eropa dikenal dengan tindak kriminalnya, antara lain kasus pencopetan dan penjambretan barang milik peserta tour.

“Yang hal yang kurang menyenangkan sehingga membuat tamu agak ‘illfeel’ atau complaint karena ada sikap-sikap oknum  mitra kerja yang tidak baik. Unfair, tidak cooperative dan kurang supportive. Tapi karena saya sadar sebagai  garda depan dari travel agent yang memperkerjakan kita, untuk itulah kita dituntut untuk bisa probem solving,” ujar Suradi.

Ketika ditanya apa enaknya jadi seorang Tour Leader? Jawaban nya sangat arif, bahwasanya Suradi selalu diajarikan bahwa kita harus tadabur alam, artinya . kita harus bisa menikmati alam pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut selalu Suradi dapatkan dan selalu diambil hikmahnya. Suradi meyakini bahwa memang dari setiap ciptaan Tuhan itu selalu baik, tidak ada yang jelek. Kalau kita lihat dari berbagai macam sudut pandang, kita akan temukan bahwa memang alam itu sudah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa itu sedemikian indahnya, sedemikian bagusnya.

“….dan itu selalu saya ambil hikmahnya setiap kali saya berkunjung di satu kota atau di satu negara yang memang belum pernah saya ku njungi sebelumnya.” Ungkapnya.

Sebagai seorang muslim, hal paling membahagiakan adalah ketika bisa berkunjung ke Baitullah di Tanah Suci di Mekkah – Saudi Arabia. Demikian dengan Achmad Suradi, kendati sebelumnya sudah melaksanakan ibadah Umrah, pada tahun ini berkesempatan dua kali dipercaya membawa dan mendampingi jemaah umrah.

“ Ada kejadian yang bagi saya sebuah anugerah, sebuah ketidakmungkinan tetapi menjadi sebuah kenyataan. Ketika Umrah kemarin itu saya sudah bermunajat ingin sekali menyentuh Hajar Aswad. Ketika saya ada dalam barusan, ribuan orang pun demikian, pupus harapan dan keinginan saya untik bisa menyentuh benda tersebut. Namun entah bagaimana, tiba-tiba ada seseorang yang mendorong saya dan seakan memberi peluang dan jalan sehingga saya bisa meraih Hajar Aswad tersebut. Menangis saya saat itu, betapa sesuatu yang nampak tidak masuk akal tetapi atas ijin Allah saya mendapat pertolongan dari seseorang yang tidak saya kenal. Terima kasih ya Allah…” ujar Suradi bergetar, matanya basah penuh kebahagian mengenang peristiwa itu.

Walaupun Suradi sebagai pemeluk Islam, tetapi justru pada tahun 2017Suradi dipercaya untuk membawa rombongan Ziarah Katolik ke Lourdes dan Kota Suci Vatican.

Suradi sangat merasakan bahwa memang toleransi di negara  kita itu luar biasa. Independensi Pariwisata yang tidak berfriksi dengan SARA sangat dirasakannya. Dalam pariwisata ketika tamu mungkin karena sudah percaya, tamu tidak melihat latar belakang, tidak mempersoalkan agama si A, agama si B. Ini menjadi tujuan dasar pariwisata adalah mendapatkan kesenangan.

Ketika ditanya apakah pernah menolak order yang diberikan oleh sebuah travel agent? Secara diplomatis Suradi mengatakan tidak pernah, karena baginya degan diberi order artinya dia diberi kepercayaan penuh untuk mengemban amanat dari sebuah travel agent tersebut.

Tidak dapat dipungkiri diluaran ada beberapa rekan seprofesi yang masih pilih-pilih order pekerjaan membawa tamu-tamu yang diberikan oleh travel agent. Banyak alasan yang menjadi alasan, misalnya kalau membawa open trip, yang menjual paket murah meriah, karena sudah berskema bahwa fee -nya dibayar di bawah standar. Atau karena rute nya pendek, destinasi sudah sering dikunjungi, pola tiping dan shoppingnya tidak bernilai ekonomi atau dari tipikal tamunya yang disinyalir ribet dan banyak hal lain.

Tetapi  itu kembali lagi tergantung kita bisa negosiasi dengan pihak agentnya gitu. Sebagai seorang profesional tentunya akan dengan bijak menginformasikan bila memang tidak sejalan.

“Saya dahulu pernah bekerja di travel agent, saya tahu persis bagaimana sulitnya mencari group tour ditengah persaingan yang ketat sesama travel agent. Artinya disini saya tidak pernah menolak menerima order manghandle group tour sejauh tidak ada halangan secara teknis baik visa dan lainnya serta ketika saya sudah menerima order sebelumnya.” Terang Suradi.

Ibarat sebatang lidi, akan terasa sulit untuk menyapu membersihkan sebuah tempat, akan tetapi bila lidi itu banyak bersatu dalam sebuah ikatan, memiliki tujuan visi dan misi yang sama untuk menyapu dan membersihkan sebuah tempat, tentunya misi tercapai.

Demikian juga Achmad Suradi berfikir bahwa adalah sangat baik bila dia bersatu dalam sebuah keterikatan dengan organisasi resmi yang berkarya dalam pariwisata khususnya dunia guidance, tour leader.

Dengan memasuki sebuah organisasi atau komunitas atau asosiasi kita akan merasakan manfaatnya. Itu kalau kita aktif,  bisa  membangun networking, menambah  rekan kerja, bisa tukar pikiran, sharing segala untuk hal -hal yang baru. Terutama informasi kebutuhan Tour Leader.

Asosiasi yang baik yang menaungi tentunya bisa memberikan edukasi ke user, ke agent bahwa memang standarisasi timbal balik itu juga perlu. Sewajarnya pula pastinya standarisasi dari para Tour Leader juga ada, prefesionalitas dan kompetensi adalah hal wajib dimiliki. Jadi bukan para Tour Leader atau TL itu bukan TL yang abal -abal, bukan TL karbitan.

“Kita sendiri juga jadi TL dituntut harus terus belajar, banyak mengecap asam garam di lapangan. Kita tidak dibentuk secara instan, tapi melalui proses pembentukan kepribadian dan kemampuan sebagai seorang profesional,” tambah Suradi.

Bagi Suradi ketika ditanya faktor-faktor plus point seorang Achmad Suradi sebagai seorang Frelance Prefesional Tour Leader untuk bisa dipakai oleh sebuah travel agent yang akan memberikan order handling group tour?

“Setiap orang pasti punya standar minimal untuk dirinya masing -masing,  tetapi alhamdulillah saya sendiri memiliki banyak pengalaman di lapangan, problem solving baik secara otodidak dan teoretis. Saya banyak belajar dari senior -senior saya di agent -agent yang boleh dibilang top 10 -nya di Indonesia. Jadi secara produk, saya juga menguasai, secara skill selling, saya juga menguasai secara teknik di lapangan, menguasai service orientation juga. Menurut saya ketika di lapangan  bahwa saya adalah seorang customer service oriented,. Jadi saya berusaha untuk bagaimana caranya customer itu harus jadi repeater dari si agent tersebut. Sekalipun ada personifikasi, seorang Suradi yang saat itu sedang membawa tamu dari Agent X misalnya, saya bertindak merepresentasikan nama besar Travel X tersebut.” tuturnya

Tidak dipungkiri di lapangan ada juga oknum-oknum Unprofessional Tour Leader yang cheating pada agent yang sudah memberikan pekerjaan untuk selanjutnya dihandle sendiri.

Suradi menganalogikan bahwa bila kita akan menyetir mobil, tentunya kita harus memiliki kemampuan mengemudi dan mendapat kelaikan untuk mendapatkan SIM – Surat Ijin Mengemudi dahulu.  Hal inilah yang menjadi pemikiran Suradi bahwa dia mau menerima order pekerjaan setelah kemampuan dan persyaratan secara administratif sudah lengkap. Suradi berfikiran sebagi seorang profesional jangan sampai bermasalah dilapangan yang tentunya akan ber impact pada travel agentnya.

“Saya memiliki sertifikasi Tour Leader yang dikeluarkan oleh salah satu LSP yang cukup terkenal dan sesuai dengan BNSP. Selain itu saya punya sertifikasi tour guide, sertifikasi untuk MICE atau Meeting, Incentive Convention and Exhibition. Bahkan saya juga saat ini tercatat sebagai salah seorang assesor. Selain itu saya sebagai anggota dari ITLA – Indonesia Tour Leader Association,” pungkasnya.

Sebagai seorang TL yang sudah senior, Suradi berpesan bagi para pemula untuk belajar dan belajar tiada henti, karena profesi TL ini sementara belum tergangikan oleh mesin atau robot, tidak seperti di bidang ticketing. Menangani sebuah perjalanan wisata perlu personal touch, approaching dan informasi akurat, karena yang dibawa adalah wisatawan yang escape dari keseharian untuk tujuan mencari kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan. Refresh dari kepenatan.

Satu kalimat untuk Tour Leader…. Berikanlah service yang terbaik dan semuanya akan mengikuti. (joseph/rn+)

 

Bantu kami dengan meng-Klik Iklan yang muncul

Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera ditayangkan. Materi dan photo-photo (max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *