SANG JENDRAL BIDANG PENDIDIKAN DAN PARIWISATA, BAMBANG HERMANTO MENGINSPIRASIKAN PERUBAHAN
“……..Dalam Bahasa Sunda Bahe itu artinya tumpah.
Kalau secara cocoklogi
memang Bambang Hermanto selalu menumpahkan segala pemikirannya
melulu untuk dunia pendidikan dan pariwisata…..”
Kalau seandainya kita kembali ke masa lalu, ke 245 tahun yang lalu, tentunya kita akan menjadi saksi sejarah, sebab pada pagi dan petang hari di tangga 4 Juli 1777, kita akan mendengar tigabelas kali tembakan meriam yang dibunyikan di Bristol, Rhode Island. Di Kongres Kontinental diadakan makan malam resmi, bersulang, pidato, doa, musik, parade, pemeriksaan pasukan, dan pesta kembang api. Kapal-kapal dihiasi dengan bendera merah, putih, dan biru.
Lalu kalau kita kembali enam puluhan tahun lalu di Bandung, Indonesia, tanggalnya sama 4 Juli, dari sebuah ruang bersalin terdengar tangisan jabang bayi yang baru brojol dari rahim seorang ibu.
Tidak ada bunyi dentuman meriam, tidak ada parade musik, tidak ada pesta kembang api. Tetapi yang ada adalah lantunan azan seorang ayah pada anak laki-laki yang baru lahir ke dunia.
Atas persetujuan keluarga besarnya, dengan melihat berbagai pertimbangan, ayahnya memberi nama anak laki-laki yang baru lahir itu Bambang Hermanto, dalam bahasa Jawa artinya Prajurit yang Ksatria atau arti lain adalah Pemuda harapan yang penuh kharisma…..dan tentu saja karena nama bintang film neegri +62 yang saat itu sedang sangat ngetop.
“Calon Jendral ….” ucap ayahnya pelan sambil menatap wajah bayi merah itu…..maklum terlahir disekitar lingkungan kantor tentara.
Menilik sifat dan karakter nama Bambang, berdasarkan primbon yang mungkin tidak melalui kajian secara empirik, nama Bambang ini bersifat emosional, orang yang berani namun ramah, senang menerima hadiah sebagai ekspresi dari orang yang dicintainya, cenderung manja dan sangat memanjakan pasangan.
Bukan tidak mungkin, dipastikan mantan nya banyak.ha…ha…ha
Tetapi Bambang muda memang banyak digandrungi banyak gadis pada masanya. Pembawaanya yang supel, rapi dan humoris menjadi daya pikatnya. Bambang banyak ditembak para gadis, yang sesungguhnya saat itu adalah tabu seorang gadis menyatakan rasa suka, cinta dan senang nya pada seorang laki-laki. Bisa jadi dalam pikiran para gadis tersebut sesuai kode lagu Sukiyaki ala Group Warkop Dono Kasino Indro, yang baju merah jangan sampai lepas !
Ternyata tidak demikian, Bambang muda justru mengejar-ngejar gadis pujaanya. Boro-boro dirinya ditembak oleh gadis itu, dia yang nembak duluan aja ditolak. Tetapi Bambang kembali meresapi namanya, Prajurit yang Ksatria, maka dengan berbagai upaya doa siang malam, wirid, tahajud berharap keinginannya untuk meminang gadis pujaanya itu diijabah oleh Allah SWT.
Akhirnya luluhlah hati gadis yang sekarang menjadi pasangan hidupnya, bukan oleh pelet Jepang, bukan pelet Jerman bahkan tidak dengan sepiring berlianpun. Hanya dengan doa yang tulus dan ikhlas dengan niatan suci.
Mantan gebetannya itu menekuni karier didunia perbankan dan sudah masuk dalam purna tugas setelah mengabdi selama 27 tahun. Dari pernikahannya Bambang Hermanto dikaruniai sepasang buah hati yang tentunya cantik dan gantengnya menurun dari kedua orang tuanya. Anak pertama seorang wanita telah menikah dan memilih studi dan berkarier serta menetap di Inggris. Anak kedua laki-laki masih studi MBA di Bandung.
“Saya punya minat dan kegembiraan saat memasak nasi goreng untuk istri dan anak-anak. Saya sangat memanjakan mereka.” ungkap Bambang. Terbukti dari sifat dan karakternya yang cenderung memanjakan orang lain.
Bambang pernah jadi juara saat lomba masak nasi goreng di tingkat kelurahan dan resep nasi goreng itu pernah di muat di majalah wanita yang sangat popular.
Bambang Hermanto rupanya memiliki panggilan khusus. Kalau mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dipanggil SBY, Presiden Joko Widodo dipanggil Jokowi, ternyata Bambang juga biasa dipanggil dengan singkat BaHe. Bambang Hermanto. Buka BH, karena mengandung konotasi lain.
Dalam Bahasa Sunda Bahe itu artinya tumpah. Kalau secara cocoklogi memang Bambang Hermanto selalu menumpahkan segala pemikirannya melulu untuk dunia pendidikan dan pariwisata.
Bambang kini tinggal di wilayah Bandung Utara, daerah yang sejuk dengan rimbunnya pepohonan. Atas kinerja yang baik sebagai Dosen di Unpad – Universitas Padjadjaran -Bambang dan keluarga beroleh rizki bisa tinggal di daerah yang sejuk dan air tanahnya masih sangat bagus.
Bambang menempuh pendidikan formal sejak SD hingga S3 (doktoral), semua diselesaikan di Bandung. Sejak remaja Bambang dapat bermain bebas dengan semua kawan-kawan disekitar rumah maupun sekolah.
“Sejak SD hingga kuliah saya kerap ditugaskan sebagai KM (Ketua Murid) maupun pengurus organisasi internal sekolah/kampus. Saya tak memelihara rasa takut. Kesedihan dan kepahitan yang pernah dialami dimasa lalu, selalu ada hikmahnya dan tidak menjadi gangguan berkepanjangan.”
Kalau dulu orang tuanya sempat mengucap dia jadi calon Jendral, rupanya itu terlaksana, sebagai Jendral di dunia pendidikan, bukan dalam karier militer. Jiwa kepemimpinannya sudah terbentuk sejak dini.
Dr. Bambang Hermanto, sudah 34 tahun berkiprah di dunia pendikan, saat ini jabatannya adalah Dosen Tetap PNS, Lektor Kepala yang sedang berikhtiar untuk sampai pada jabatan fungsional Guru Besar / Profesor. Sebelum menjadi Dosen Bambang pernah bekerja di institusi bisnis dan kemudian memiliki perusahaan bidang percetakan sampai selama sepuluh tahun pertama jadi dosen.
Perusahaan akhirnya dijual karena kepadatan tugas dan keharusan melanjutkan pendidikan pasca sarjana.
Selain menjadi dosen di Unpad dia juga menjadi dosen di Stiepar Yapari Aktripa Bandung, sebuah PTS pariwisata pertama di Indonesia.
Dr. Bambang Hermanto mengisahkan pada rexnewsplus.com pengalamannya ketika ditugasi untuk memimpin di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yapari (STIEPAR YAPARI), selama satu periode (2016-2020).
“Pengalaman mengajar saya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yapari (STIEPAR YAPARI), sebelumnya dikenal AKTRIPA YAPARI, sama panjangnya dengan masa bakti saya di kampus Unpad.” Bambang mengawali kisahnya.
Menurut dia, Ibu Dra. Hj. Tien Kartini lah yang membawanya ke kampus STIEPAR. Beliau adalah dosen pembimbing dan pembinanya saat diangkat sebagai dosen CPNS tahun 1988.
“Jadi boleh disebut saya pun mengetahui dan bahkan terlibat dalam dinamika kampus bidang pariwisata yang sudah terkenal kiprahnya ini. Yang membuat saya bangga adalah alumninya demikian tersebar diberbagai industri pariwisata maupun di pemerintahan, baik di dalam negeri maupun mancanagara.” Jelas Bambang.
Dengan persetujuan Rektor Unpad sebagai pimpinan kampus induk tempatnya bernaung, pada tahun 2016 dia mendapat tugas dari YAPARI- AKTRIPA sebagai Badan Penyelenggara STIEPAR YAPARI untuk menjadi Ketua (Direktur) STIEPAR YAPARI Periode 2016-2020.
Baginya periode yang tidak mudah saat itu, bukan saja karena dihampir semua kabupaten/kota telah berdiri perguruan tinggi pariwisata, tetapi juga karena sarana dan prasarana yang dimiliki tidaklah cukup memadai lagi. Dengan kemampuan terbatas akhirnya dipilihlah program prioritas untuk meningkatkan performa STIEPAR, yaitu evaluasi dan pengembangan organisasi dan personalia, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kegiatan organisasi kemahasiswaan.
Bambang banyak membuat perubahan dan terobosan di kampus yang pernah dipimpinnya itu, Secara fisik dia berani membangun dan mengubah kampus sedikit demi sedikit sehingga tampilannya menjadi megah. Bersama arsitek dia menjadikan lobby kampus STIEPAR YAPARI AKTRIPA itu sebagai tempat yang asyik bagi seluruh mahasiswa berkegiatan.
“Selain membuat kampus seperti lobby hotel atau Mall, saya juga sadar bahwa para mahasiswa sangat membutuhkan jaringan internet yang kuat dan sumber listrik yang banyak untuk mengisi daya Laptop atau Hand Phone mereka. Selain itu supaya lebih kekinian saya pun banyak mengundang para dosen tamu sebagai praktisi untuk update kondisi kepariwisataan yang sangat dinamis ini.” Paparnya.
Bambang Hermanto sangat termotivasi sekaligus menjadikan sumber inspirasi, pada Alm Prof. Himendra.
“Saya mengenalnya sejak beliau masih sebagai PD3 FK Unpad. Menjadi lebih dekat lagi setelah beliau menjadi PR3 Unpad yang berlanjut sebagai Rektor selama dua periode. Beliaulah yang telah membimbing saya dan banyak rekan-rekan lainnya sesama pengurus organisasi kemahasiswaan, sehingga mencapai puncak kegiatan dan prestasi pada masanya. Beliau pula yang menjadikan saya dosen di Unpad.” Bambang menjelaskan dengan begitu hormatnya pada inspirator itu.
Menyikapi fenomena Pariwisata saat ini yang tengah dilanda pandemi, Bambang selalu optimistis, karena dia tanamkan kata mutiara Sunda dalam hatinya.
Siap pak Doktor BaHe. Calon Profesor, Jendral Pendidikan. (joseph/rn+)