RAJA HAYAM WURUK PERNAH BERTAMASYA KE CANDI PENATARAN BLITAR
Blitar, rexnewsplus.com – Julukan yang disematkan untuk Blitar sebagai Land of Kings, berawal dari singkatan kata BLITAR, Bhumi Laya Ika Tantra Adhi Raja yang berarti Bumi Persinggahan Para Raja. Itulah sebabnya Blitar ini dikenal sebagai Land of Kings.
Ada banyak candi di Blitar ini, salah satunya adalah Candi Palah yang sangat terkenal, akan tetapi masyarakat lebih mengenal dengan nama Candi Penataran.
Ditemui di pelataran Candi Penataran, Agus Setiono yang bertugas sebagai juru pelihara Candi penataran menjelaskan bahwa, Candi Penataran merupakan candi Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Karena letaknya ada di daerah penataran maka menginisiasi lebih mudah ke nama daerah tesebut. Candi yang dikenal megah dan terluas di wilayah Jawa Timur ini terletak pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut.
“Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekira tahun 1200 Masehi, digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415. Hal tersebut bisa kita temukan dari prasasti yang tersimpan di bagian candi itu. Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakertagama pada tahun 1365, Candi ini dikenal sebagai bangunan suci Palah yang pernah dikunjungi Raja Hayam untuk bertamasya keliling Jawa Timur.” Tambahnya.
Candi Penataran terdiri dari beberapa bangunan, yaitu pertama ada Pendopo Agung, Pendopo Teras, Candi Brawijaya dan Candi Induk. Untuk masuk ke pelataran Candi Penataran, terdapat Arca Dwarapala yang dibangun oleh raja Majapahit bernama Jayanegara atau Kalagemet pada tahun 1242 Saka. Lalu dibangun lagi pendopo Agung pada tahun 1269 Saka pada masanya Raja Tribuana Tunggal Dewi.
Fungsi pendopo saat itu sebagai tempat berkumpulnya para tokoh di masa kerajaan jaman dulu. Lalu ada bangunan panjang, namanya pendopo teras yang fungsinya sebagai tempat untuk mengumpulkan sesaji, sebelum mengadakan upacara puja di Candi Brawijaya itu.
Di belakang Candi Brawijaya ada sebuah tempat untuk pengambilan air suci, ada sebuah kolam sumber air untuk mensucikan diri dulu sebelum melaksanakan upacara di candi induk atau Candi Brawijaya.
“Tempat ini ditemukan pada masa penjajahan Belanda dan mulai direstorasi pada tahun 1918. Candi ini adalah candi Hindu yang dahulu dipakai sebagai tempat untuk ibadah. Tetapi saat ini berfungsi sebagai museum atau objek wisata Candi Penataran. Tetapi sesekali ada masyarakat Hindu atau Kejawen yang melakukan upacara Tumpeng Agung di sini.” Ungkap Agus.
Candi Penataran lebih tepat dikunjungi pada sore hari, selain menghindari sengatan matahari juga pencahayaan cukup baik dimana matahari sore tidak back light dan bagus menyinari ketika selfie.
“Masyarakat sekitar Candi Penataran adalah Muslim, akan tetapi sangat menghormati dan menjaga kelestariaan peninggalan bersejarah ini. Sesuai dengan tagline Blitar Land of Kings, ini merupakan bukti sejarah satu-satunya di dunia. Masyarakat secara ekonomi juga terbantukan dengan aktifitas pariwisata, berjualan, mengatur parkir, menjadi pemandu.” kata Agus Setiono.
Lanjut dia, jumlah karyawan disini ada 8 orang dengan pembagian tugas secara proporsional. Agus sendiri sebagai ASN adalah pindahan dari Museum Penataran lalu dipindahkan ke Candi Penataran yang masih dibawah pengawasan BPCB Trowulan – Jawa Timur.
Menurut Agus kebanyakan pengunjung adalah masyarakat lokal sekitar Blitar dimasa pandemi ini, Surabaya, Malang, Kediri, Tulung Agung. Tetapi sebelumnya turis manca negara juga banyak mengunjungi situs ini.
Dominasi pengunjung adalah anak-anak sekolah. Seperti pada saat rexnewsplus.com menyambangi candi ini terlihat puluhan anak sekolah tengah berkeliling, mencatat, melihat, mengamati situasi candi. Tidak ada pungutan masuk ke kawasan ini, tetapi bila mau memberikan donasi dipersilahkan.
Seperti halnya serombongan siswa siswi dari SMAN 1 Rejotangan Tulungagung yang tengah mengadakan kegiatan menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Jawa, dengan membuat drama dengan latar belakang Candi Penataran.
“Kami mengambil tempat ini karena candinya tertata rapi, pencahayaan bagus saat sore hari, tidak terlalu panas dan pengunjung tidak terlalu banyak sehingga tidak mengganggu pengambilan gambar dan kreasi koreografi kami.”ujar Refalinda Hayu salah seorang siswi SMAN 1 Rejotangan Tulungagung.
Candi Penataran perlu dilestarikan, perlu dijaga dan dikembangakan sebagai salah satu aset pariwisata nomor satu di Kabupaten Blitar ini.
Daya tarik Blitar yang sementara ini terpusat pada dua kekuatan obyek pariwisata, yaitu Makam Soekarno dan Candi Penataran, hendaknya terus dibenahi dengan seringnya publikasi dan promosi oleh para pemangku kebijakan. (joseph/rn+)