BEBAS KARANTINA DAN VOA, ASITA BALI SIAP MENERIMA WISATAWAN MANCANEGARA

Masyarakat Bali siap menyambut wisatawan (foto IPW)

Sudah final rencana pemerintah untuk memberlakukan kebijakan Bebas Karantina dan bebas visa atau Visa On Arrival (VOA) pada tanggal 7 Maret 2022 mendatang. Hal ini berlaku untuk wisatawan mancanegara dan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) melalui pintu masuk Bali.

Ada 23 negara sementara ini yang diberikan fasilitas bebas Visa, yaitu, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Qatar, Jepang, Korea Selatan, Kanada. Lalu, Italia, Selandia Baru, Turki, Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Malaysia, Thailand, Singapura, Kamboja, dan Filipina.

Dihubungi melalui sambungan telepon Sabtu (05/03/2022), I Putu Winastra, S.sos Ketua DPD ASITA Bali mengatakan bahwa, pada dasarnya pihaknya menyambut baik keputusan pemerintah untuk menghapus kebijakan karantina dan bebas VOA. Diketahuinya keputusan tersebut adalah hasil Rakor yang dipimpin Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan dengan beberapa menteri terkait.

“Sesungguhnya itu belum final. Kita harus menunggu dahulu turunnya SE di tanggal 7 Maret itu.Kalau ini menjadi kenyataan, adalah hal yang sangat luar biasa bagi kepariwisataan di Bali. “ ungkapnya.

Menurut dia, ini menajdi moment yang sangat tepat untuk mempromosikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia, untuk menjaring wisatawan yang dari Eropa khususnya. Hal ini karena pattern karena yang akan bepergian wisatawan Eropa yang akan bepergian pada musim panas Juli Agustus September itu pola bookingan nya adalah mulai Maret dan April. Ketika aturan ini berlaku dengan tidak ada karantina dan VOA, maka secara otomatis mereka yang selama ini sudah sangat sumpek di negaranya yang mau bepergian maka mereka memilih untuk datang ke Bali.

I Putu Winastra, S.sos Ketua DPD ASITA Bali {foto IPW)

“Kenapa Bali ? Karena di negara lain yang sebagai kompetitor nya Indonesia, katakanlah misalnya Thailand, nah Juli Agustus itu justru Thailand itu iklimnya tidak bagus, banyak musim hujan di sana. Makanya mereka (wisatawan eropa) musim panas itu mengalihkannya ke Bali.” Putu menambahkan.

Ditanya soal kesiapan anggota ASITA yang dipimpinya, Putu menjelasakan bahwa mereka sudah sangat siap, bahkan persiapannya sudah sejak tahun 2021.

Menurut dia, terbukti Bali ini sebagai pilot project-nya dalam mengimplementasikan sertifikasi CHSE. Jadi di Bali ini sudah ada lebih dari 2.000 industri pariwisata yang terkonfirmasi sudah tersertifikasi CHSE tersebut.

Kepada rexnewsplus.com Putu menampik adanya kemungkinan ekses negatif akibat kebijakan tersebut. Menurutnya Bali sudah mentargetkan percepatan Booster sebesar 30%, herd immunity pada masyarakat Bali sudah diatas 80% dan jumlah partisipatif prokesnya nomor 1 di Indonesia, lantas wisatawan yang datang mereka sudah fully vaccinated dan PCR Negatif.

“Parameter-parameter ini harus sudah diikuti, sehingga hal-hal yang menjadi kekawatiran kita dapat di minimalisir. Namun demikian tentu pengawasan dan controling dari Satgas Covid-19 bersama pemerintah, masyarakat dan stakeholder terkait harus saling bahu-membahu untuk menekan penyebaran Covid-19 ini.

Terkait dengan akan membanjirnya wisatawan menyerbu Bali setelah dihapusnya kebijakan karantina dan VOA, menurut Ketua ASITA DPD Bali ini tidak akan serta merta datang, tetapi secara bertahap. Dikatanya pula perihal harga-harga paket yang akan ditawarkan oleh para pelaku bisnis tour travel ini tentunya tidak akan saling banting harga. Di Bali terdapat PERDA nomor 5 tahun 2020 yang mengatur tata kelola pariwisata. Maka dengan demikian tidak elok juga kalau harus menurunkan harga, justru kita harus menunjukan harga yang bagus dengan kualitas layanan yang premium.

Bali nyaman untuk berlibur (foto IPW)

“Bahkan cost operational kita sekarang sudah lebih tinggi dari sebelumnya, misalnya kita harus menyiapkan menyiapkan Hand Sanitizer, Masker, mobil harus di disinfektan setiap saat, crew harus PCR atau antigen, asuransi. Bukan tidak mungkin tamu atau mitra kerja akan curiga bila ditawarkan harga murah, jangan-jangan kualitas layanannya tidak memenuhi syarat prokes.” tutupnya.

Seandainya SE tersebut segera turun, tentunya akan menjadi kado Tahun Baru Saka 1944 bagi masyarakat Bali Khususnya. (joseph/rn+)