Atraksi wisata menarik, pengunjung bisa mencoba mengaduk jenang di Omah Jenang Blitar (foto adjie wahjono)
Suasana alam pedesaan yang hening, sejuk asri, banyak tumbuh pepohonan akan menambah betah untuk tinggal sementara bagi orang-orang kota yang dijejali dengan hiruk pikuk aktivitas. Kali ini rexnewsplus.com bersama rombongan Buyers perwakilan Travel Agent dari 5 provinsi menyambangi sebuah desa yang ternyata menjadi sentra UMKM produksi jenang. Ditempuh sekitar 30 menitan dari pusat Kota Blitar, Desa Rejowinangun, Kademangan Blitar nampak asri, bersih, masyarakat yang ramah ciri khas Budaya Jawa
Rombongan Buyer Famtrip Dirpro Jatim di depan rumah produksi jenang (foto adjie wahjono)
Omah Jenang. Tempat ini yang menjadi tujuan. Omah jenang adalah sebuah tempat produksi jenang (dodol) rumahan yang berada di Jl. Masjid No. 46, rejowinangun, Kademangan, Blitar. Tempat ini telah diadikan sebagai destinasi wisata edukasi pengolahan makanan manis yang disukai banyak orang.
Sayup-sayup suara khas Sundari Sukoco penembang keroncong terdengar saat menunjungi sebuah rumah yang dijadikan sebagai studio / show room. Lokasinya di Jl. Masjid No. 46, rejowinangun, Kademangan, Blitar.
“…..Jenang gulo, kowe ojo lali marang aku iki yo kangmas
Nalikane nandang susah sopo sing ngancani,
Dhek semono aku tetep setyo serta tetep tresno yo kangmas……”
Dikutip dari wikipedia Indonesia, jenang atau Dodol dalam bahasa Sunda “..adalah panganan manis dari Indonesia.[1] Proses pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian khusus. Bahan utama membuat dodol adalah santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula merah, dan garam. Bahan tambahan pada dodol menentukan rasa. Dodol dari durian disebut dodol durian, dodol dari sirsak disebut dodol sirsak, dodol dari nangka disebut dodol nangka, dodol dari jahe disebut dodol jahe.[1] Dodol khas Garut disebut dodol Garut. Dodol khas Kandangan, Kalimantan Selatan disebut dodol Kandangan. Dodol durian juga disebut lempok. Bila hanya disebut dodol saja, maka dodol tersebut hanya dibuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dodol disebut jenang. Jenang lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan.[2] Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2 cm×1 cm×3 cm.[2] Pembungkus dodol berupa plastik atau kertas roti, dan dijual dalam jumlah besar di dalam kardus.[2] Saat ini dodol mulai diminati konsumen dari negara lain, antara lain Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.[2]…”
Ditemui disela-sela menerima tamu, Hendri Christiawan, SE pemilik usaha generasi kedua Omah Jenang berbagi cerita soal jenan
“Bahan baku pembuatan jenang adalah beras ketan, Gula kelapa dan kelapa jadi sebenarnya itu tiga bahan baku utama. Kalau ingin rasa durian, nangka atau nanas atau cita rasa tertentu tinggal dicampurkan, harus buah asli ya…. jangan essence atau pewangi buah kimia.” ujar Hendri yang biasa di panggil chinvo mengawali kebiasaanya
Menurut dia, proses awal ada perendaman ketan kurang lebih 6 jam, setelah direndam diselip sampai halus setelah itu ada proses memanaskan gula kelapa sama santan kelapa yang kental atau bahasa Jawanya Kamil. Lantas itu nanti dipanaskan bersama gula proses kurang lebih sekitar 45 menit sampai 1 jam, tergantung bagaimana kita menginginkan tekstur warnanya, karena dari proses perebusan gula itu akan membentuk warna. Setelah itu tepung beras ketan akan dicampurkan, diaduk bareng-bareng dengan rebusan gula dan santan kelapa tadi selama kurang lebih 6 sampai 8 jam.
Dalam demo pembuatan jenang ini ditampilkan secara tradisional, artinya pengadukan dilakukan secara manual oleh 2 orang yang sudah terlatih. Akan tetepi untuk skala industri sudah memakai mesin modern untuk mengimbangi permintaan pasar dengan kapasitas produksi.
“Dalam jenang itu ada filosofinya, kerjasama, gotong royong, persamaan derajat, di situ kita nguri-uri (melestarikan) budaya Jawa dari dulu kalau membuat jenang itu biasanya rame-rame 8 sampai 10 orang untuk mengaduk-aduk adonan di sebuah katel besar.” terangnya
Hendri Christiawan, SE pemilik usaha generasi kedua Omah Jenang (foto joseph)
Lanjut Chinyo, dalam mengaduk jenang dibutuhkan kerjasama yang baik supaya hasilnya tidak gosong. Untuk pembakaran paling bagus memakai kayu akasia, kerena akan terasa beda tekstur dan rasa jenang yang dihasilkan dibandingkan bila memakai gas. Setelah adonan itu matang, didinginkan dulu, lalu ada 2 varian / model pembungkuasan, yang satu memakai besek (anyaman bambu) dan kedua dibungkus dengan daun jagung (kelobot). Ini tergantung juga pada keinginan konsumen mau bentuk bagaimana jenang tadi dihidangkan.
Pemasaran jenang ini sudah merambah ke kota-kota besar di Indonesia, bahkan sudah ekspor juga ke Eropa, Asia dan Timur Tengah. Chinyo meyakinkan bahwa makanan ini bebas dari segala bahan pengawet kimia. Jenang yang diproduksinya bisa bertahan hingga 6 bulan.
Omah jenang mulai didirikan sejak tahun 1985. Sejak tahun 2004 Chinyo menjadi generasi kedua penerus usaha ini dengan banyak melakukan perubahan pola manajemen modern sesuai dengan disiplin ilmu ekonomi yang dipelajarinya. Chinyo mempekerjakan lebih dari 25 orang
karyawan masyarakat sekitar, baginya merupakan kebahagiaan tersendiri bisa memberi lapangan kerja bagi orang lain.
Kepiawaiannya dalam mengurusi unit usaha ini menjadikannya didaulat sebagai Ketua UMKM, dimana Desa Rejowinangun ini pihak provinsi Jatim sudah menjadikan sebagai Desa UMKM produksi jenang. Tercatat ada sekitar 250 rumah produksi yang berwirausaha pembuatan jenang.
“Permodalan di sini rata-rata Mandiri, bentuk bantuan dari pemerintah biasanya dalam bentuk pelatihan, sharing edukasi, kunjungan famtrip pelaku pariwisata.” ungkapnya.
Chinyo menegaskan bahwa sesungguhnya jenang itu makanan sakral, makanan mahal, makanan para raja. Dahulu rakyat jelata itu makanannya ubi, ketela, jagung. Beras dan gula harganya relatif mahal, maka para raja dan bangsawan atau prang-orang yang memiliki uang saja yang bisa menikmati jenang ini. Untuk itu dia berharap nguri-uri (pelestarian) filosofi dan budaya jawa dalam pembuatan jenang ini agar tetap diketahui oleh anak-anak jaman milenial ini. Pembuatan jenang ini merupakan salah satu kekayaan khazanah kuliner nusantara. (joseph/rn+)
Salah satu Sapta Pesona adalah Kenangan /oleh-oleh (foto joseph)
RexNewsPlus.com adalah portal berita dan sarana promosi pariwisata
Kontak
Whatsapp
(+62) 87729436180
Email
admin@rexnewsplus.com
Mari Terhubung
Instagram
@rexnewsplus
Facebook
@rexnewsplus
Twitter
@rexnewsplus
Youtube
@rexnewsplus