PARIWISATA RUSAK DIPERBAIKI BAKSO RUSUK
Kalau ditanya makanan favourite Bangsa Indonesia apa? Pasti sebagian besar akan menjawab Bakso. Ya, penganan rakyat yang murah meriah ini bisa dengan mudah ditemui di segala penjuru, baik pedagang yang mangkal ataupun berkeliling, mulai dari kios sederhana pinggir jalan hingga gedung megah. Variasi harga bergantung pada tempat berjualan, sesuai dengan layanan yang akan diterima. Tetapi rasa bakso ya tetap bakso, gurih, asin, pedas, berpadu satu dalam cita rasa yang nikmat bagi penyukanya.
Seiring perjalanan waktu, dahulu bakso hanya dijual berupa daging bulat dan mie yang di rebus, ada yang dibuat kuah ataupun kering yang dikenal dengan yamien. Perkembangan ini sangat pesat, mulai dicampur dengan aneka sayuran, sosin, pakcoy, tauge, kol, hingga aneka toping menarik sesuai selera konsumen. Dikenal ada campuran tahu, ceker ayam, tulang kaki sapi dan kini menu yang ditawarkan sangat beraneka ragam. Para penikmat bakso seakan mulai bingung dengan banyaknya varian bakso yang ditawarkan, ada tambahan sumsum, iga, tomat , keju rusuk sapi dsb.
Bukan itu saja, ukuran diameter baksopun sudah beragam, mulai dari yang kecil yang lazim disebu bakso kerikil hingga ukuran jumbo dengan berat hingga 10 kg yang bsia dihabiskan belasan orang. Sensasional yang ditawarkan penjual tentunya semata mata untuk menarik pengunjung. Belum lagi istilah nama yang unik, ada bakso beranak, bakso rudal, bakso astagfirullah, bakso setan, bakso cinta.
Cara penyajian dan tempatnya pun beraneka ragam, bukan lagi disajikan di mangkuk bakso pada umumnya. Ada bakso yang tempatnya bisa langsung dimakan, karena mangkuknya dibuat dari bakso, ada yang penyajiannya dalam batok kelapa, lokasi penjual ada di mall besar, bahkan sensasional di pinggir rel kereta api seperri di Kota Malang.
Bila kita berjalan-jalan ke wilayah Lembang – Bandung Jawa Barat, tepatnya di Jl.Kayu Ambon sekitar kompleks Pusdikajen, akan kita temui sebuah kedai bakso yang unik. Tempatnya tidak terlalu luas, hanya bisa menampung beberapa penikmat bakso saja bagi yang ingin dine in. Bagi yang pernah mengunjungi obyek wisata De Ranch atau berbelanja Tahu Tauhid, tidak akan kesulitan menemukan kedai ini.
Ketika netizen menyambangi kedai bakso tersebut, aura nikmat sudah terbayang, wangi racikan air kaldu sudah mengundang. Udara Lembang yang dingin tentunya akan menambah selera makan meningkat. Terdapat beberapa kursi dan meja dan petunjuk aturan memasuki kedai. Setiap pengunjung wajib memakai masker dan mencuci tangan. Tempat duduk sudah diatur berjarak, hal ini sesuai dengan protocol covid yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Berbincang singkat dengan pemilik kedai ini, tak dinyana sesungguhnya dia bukan tukang bakso asli, maksudnya bukan real pedagang bakso seperti pada umumnya, tetapi adalah juragan travel agent yang terpuruk akibat terpaan pandemi covid 19 ini.
“Semula sih gemes melihat cara penyajian ketika makan di salah satu warung bakso, pedagangnya melayani sambil merokok, tidak pake sarung tangan, tidak disiapkan tissue dan udara di warung tersebut pengap karena sirkulasi udara tidak bagus. “ Sani Rusdiana memulai ceritanya awal membangun warung bakso. “Saat itu saya dengan istri tidak jadi makan karena tidak sreg dan dalam perjalanan pulang kami membahas perilaku dan layanan warung bakso tersebut.” Sani meneruskan.
Baginya pelayanan kepada pelanggan adalah hal utama, itu adalah ciri khas bagi orang yang bergerak di bidang jasa, terutama jasa pariwisata. Baginya grooming dan greetings adalah dua hal yang menjadi pilar usaha. Sani Rusdiana adalah salah seorang pemilik usaha Tour & Travel di Bandung yang terdampak pandemi covid 19. Sejak bulan april lalu dia menutup sementara usaha perjalanan wisatanya. Dengan sedih dia harus mem PHK empat orang karyawannya dengan Unpaid Leaving. Terpaan corona ini memang dirasa berat, maka atas dukungan istrinya Sintari Risni Safitri, dia memulai usaha barunya, berjualan bakso.
Sani memilih lokasi usaha di Lembang, karena menurutnya dekat dengan lokasi wisata yang tersebar di Lembang.
“Warung bakso di Kota Bandung sudah ribuan jumlahnya, tingkat persaingan sangat tinggi, saya menyasar para wisatawan dan warga sekitar Lembang untuk menikmati bakso saya. Dengan udara yang sejuk dijamin bakso yang panas akan terasa lebih nikmat.”ucapnya beralasan.
Dilihat dari menu tidak ada sesuatu yang dibuat bombastis, tetapi baginya menu andalan bakso tukang rusuk dan bakso beranak akan tetap menjadi favourite pengunjung. Cita rasa yang dia janjikan tentunya akan terbuktikan ketika penikmat bakso menyantap dengan lahap. Soal harga, tentunya sangat ringan di kantong.
“Salah satu pelanggan di warung bakso saya adalah seorang petinggi pemerintahan Kabupaten Bandung, beliau sering makan di sini dengan staffnya di saat senggang. Saya bersyukur sekali cita rasa bakso saya disukai beliau” cerita Sani tanpa mau menyebutkan sosok petinggi tersebut.
Kini usaha warung baksonya sudah semakin maju, Sani mempekerjakan para staffnya yang dulu di PHK, pelayanan khas gaya orang pariwisata dia terapkan, baginya senyum sapa salam dari pelayannya adalah awal kemajuan suatu usaha.
Bagi Sani, usaha pariwisatanya rusak tetapi tergantikan oleh usaha bakso rusuk. (joseph)