KRISNA : ASN ORGANISATORIS DAN OBSESI PANTI ASUHAN

“……..tetapi keinginan saya yaitu punya Panti Asuhan, yang bisa merawat, memelihara, mendidik anak-anak yatim dengan penuh cinta……”

Bandung, rexnewsplus.com – Sore itu tayangan langsung dari sebuah TV Swasta Nasiona mengenai Balap MotoGP Mandalika terhenti karena hujan deras di arena sirkuit. Arena balap motor CC tinggi kebanggan seluruh bangsa Indonesia sontak menjadi begitu sohor di seluruh dunia.

Namun sesungguhnya bukan racingnya yang menjadi pokok bahasan, tetapi ketika ada seorang ibu dengan membawa sebuah alat seperti mangkuk kuningan berisi dupa yang mengeluarkan asap, dipukul-pukul ditengah lintasan balap dalam guyuran hujan lebat.

“Itu adalah salah satu kearifan budaya Indonesia. Pawang Hujan.” Krisna berkomentar ketika acara nonton bareng di sebuah cafe di Kota Bandung.

Menurut dia, Pawang Hujan tidak selalu berpenampilan bapak-bapak tua dengan janggut panjang berpakaian pangsi serba hitam dengan batu ali di seluruh jari tangannya, dengan berbagai sesajen mulai dari bunga rampe, telur ayam kampung, bakaran kemenyan dengan memegang keris atau tongkat tengkorak. Pawang modern tidak memperlihatkan dirinya seperti itu yang menggiring pada asumsi dunia klenik. Krisna mengatakan demikian karena dirinya dilahirkan dari kedua orang tua yang memiliki kelebihan, ibunya memiliki sixth sense dan ayahnya dikaruniai kelebihan sebagai indigo. Menurut cerita dari kedua orang tuanya, mereka berharap hal tersebut tidak menurun pada dirinya, sehingga pada waktu dia lahir mereka membersihkannya, bukan saja karena masih bayi, akan tetapi juga mereka membersihkan Krisna kecil dari sifat-sifat atau gen yang ada di mereka supaya tidak turun ke diri saya. Kedua orang tuanya menginginkan Krisna hidup normal.

Nama lengkapnya Drs. Deden Krisna Rusyana MAP, lahir di Bandung lebih dari setengah abad lalu. Di lingkungan keluarga atau di teman dekat biasa dipanggilnya Krisna, tetapi beberapa teman yang tidak begitu dekat di kantor kadang memanggilnya sebagai Deden, diambil dari nama depannya.

Krisna tinggal di daerah Cimahi tepatnya di Jalan Kolonel Masturi dekat dengan Cipageran. Dia memilih tinggal di sana dengan pertimbangan di daerah Bandung Utara udaranya masih sejuk, jadi bisa merasakan suasana pagi yang masih terasa dingin. Baginya tidak menjadi masalah dengan jarak tempatnya bekerja yang berada di daerah Sumarecon Gede Bage, dekat stadion GBLA Bandung. Adalah resiko yang harus dibayar ketika pergi bekerja harus lebih pagi supaya tidak terlambat.

Krisna anak pertama dari 8 bersaudara dan menyelesaikan pendidikan SD SMP SMA di kota Bandung, kebetulan ketiganya Sekolah Negeri, yaitu SD Negeri Babakan Tarogong, SMPN 10 dan SMAN 4 Bandung. Kuliah S1 nya dia selesaikan di Universitas Pendidikan Indonesia, S2 diselesaikan di Universitas Pasundan Bandung dan kini Krisna tengah selangkah lagi menyelesaikan S3 juga di Universitas Pasundan.

“Saat ini saya bekerja sebagai seorang abdi negara sebagai seorang pegawai negeri sipil dengan jabatan sebagai Analis Kebijakan. Dalam bekerja tentu saja ada dinamika yang kaitannya dengan tugas kita sehari-hari yang diberikan oleh pimpinan. Saya sangat nyaman bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, atmosfir dan ambiens nya tercipta karena adanya hubungan baik antara atasan dan bawahan. Saya memiliki jabatan strategis yang saya raih atas kinerja yang baik. Prestasi yang saya berikan untuk tempat saya bekerja saat ini mendapat ganjaran positif terhadap karier saya.” Ungkap Krisna.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia bersama adik-adiknya mendirikan sebuah Biro Perjalanan Wisata. Keahlian memenej perusahaan diturunkan pada adik-adiknya. Namun dalam kapasitasnya sebagai ASN, Krisna patuh pada aturan dan hukum sebagai PNS perihal disiplin Pegawai Negeri Sipil. Disebutkan pada Pasal 3 PP No. 30 tahun 1980 secara eksplisit diatur bahwa PNS dilarang melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon.

Namun di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang tidak mengatur secara tegas larangan bagi PNS untuk berwirausaha. Baginya ini yang menjadi acuan.

“Usaha Tour & Travel milik keluarga saya sempat tutup selama setahun lebih. Serangan covid 19 yang sangat menghancurkan sendi-sendi perekonomian di seluruh dunia dan itu juga sangat terasa dampaknya. Alhamdulilah kami baru buka kembali beberapa bulan yang lalu, kita berharap di tahun ini semuanya akan pulih kembali sehingga pariwisata di kota Bandung, di Jawa Barat, di Indonesia bahkan di seluruh dunia sudah bisa bangkit kembali.” Harap Krisna, ayah dari 2 ABG jagoan ini.

Dalam menjalani hidup, sosok Kyai Haji Bahaudin Nursalim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, adalah seseorang yang menjadi motivator hidupnya. Bagi dia, Gus Baha mengajarkan hidup yang lebih sederhana, mengajarkan bahwa kebahagiaan itu bisa didapat oleh hal-hal yang sederhana. Disamping itu juga beliau mengajarkan bagaimana Agama Islam itu menjadi agama yang begitu mudah, bukan agama yang rumit, bukan agama yang radikal, bukan agama yang dipenuhi dengan ketakutan, kekerasan. Bahkan beliau mengajarkan bahwa Islam itu begitu indah dan menjadi agama yang mudah, sehingga dia merasakan dalam menjalankan kehidupan beragamanya menjadi lebih nyaman, lebih bahagia.

Ada yang membekas dalam dirinya, suatu saat dia membaca sebuah kata mutiara, kebahagiaan itu bukan dari yang kita miliki tapi kebahagiaan itu dari yang kita nikmati dan dari yang kita syukuri. Baginya boleh jadi orang memiliki banyak harta, banyak kekayaan, banyak jabatan, tapi hidupnya tidak bahagia. Bisa jadi kita diberikan kehidupan yang sederhana, tapi ketika kita menikmatinya, ketika kita mensyukurinya, itu menjadi sebuah kebahagiaan yang tak terhingga.

Krisna tidak memiliki fanatisme pada benda, kelompok, seseorang, hobby, bahkan pada agama yang dianutnya. Dia sadar bahwa sikap toleransi harus dimulai dari diri sendiri. Baginya kalau dia suka yang mengalir saja, tidak berlebihan, seperti halnya dia menyukai Jackie Chan, atau Surya Paloh yang orasinya keren, atau bahkan Shah Ruk Khan dengan aktingnya yang bagus. Tetapi baginya Nabi Besar Muhammad SAW adalah panutannya.

“Sebenarnya saya memiliki keinginan dan obsesi sejak lama. Entah kapan hal ini akan terwujud. Hal ini tidak ada kaitannya dengan dunia pariwisata ataupun dengan pekerjaan saya sebagai seorang PNS, tetapi keinginan saya yaitu punya Panti Asuhan, yang bisa merawat, memelihara, mendidik anak-anak yatim dengan penuh cinta.” Suara Krisna parau. Ada desakan keras dalam dadanya. Matanya basah. Suasana hening. Dalam hatinya berdoa padaNya agar apa yang diimpikannya segera terwujud.

Disisa hidupnya Krisna ingin merasa berguna bagi orang lain. Hal yang paling ditakutinya adalah dirinya tidak berguna dan tidak bermanfaat untuk orang lain. Oleh karenanya dia selalu berusaha untuk tetap aktif, berusaha untuk menjadi orang yang paling tidak ada manfaatnya untuk orang lain, karena kalau dia jadi orang yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh orang lain, tidak dianggap keberadaannya itulah hal yang paling ditakutinya.

Krisna yang memang Sunda Pisan menyukai makanan dengan sambal dan lalaban ini juga hobby olah raga bulu tangkis, menyanyi touring dan panjat tebing. Dia juga aktif di beberapa organisasi karena sejak SMP dia sudah menjadi ketua MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) kemudian waktu SMA menjadi ketua OSIS, saat kuliah menjadi ketua di himpunan mahasiswa, aktif di senat mahasiswa.

“Sekarang saya aktif di beberapa organisasi pariwisata, menjadi penasehat di beberapa komunitas seperti perhimpunan Guide Bandung, penasehat di Ikatan Tour Leader Bandung dan juga menjadi Pengurus ASPPI dan Dewan Pakar di ASTINDO Jawa Barat” tutupnya. (joseph/suradi/rn+

Foto : dokumen pribadi Krisna