Berlayar Tepi Laut, Sebuah Catatan Petualangan

Surabaya, ibu Kota Jawa Timur ini dikenal juga sebagai kota pelabuhan sejak dahulu kala, merupakan salah satu pelabuhan tersibuk dalam arus perdagangan lintas pulau. Pelabuhan Rakyat Kalimas, demikian namanya, telah ada sejak abad ke-14.

Pada masa itu, berbagai kapal-kapal dagang yang bertonase besar hanya bisa berlalu di Selat Madura saja. Dengan minimnya akses menuju Surabaya membuat kapal-kapal tersebut hanya bisa menepi ke wilayah selat dekat Surabaya. Kapal tongkang dan kapal-kapal kecil kemudian akan menghampiri kapal besar itu untuk melakukan proses bongkar muat.

Pada masa sekarang, pelabuhan Kalimas bukan lagi menjadi pelabuhan utama, hal ini disebabkan oleh pemerintah kolonial yang membangun pelabuhan Tanjung Perak. Meski demikian pelabuhan ini masih berperan penting bagi para pelayar kecil di sekitar Surabaya.

Menilik sejarah tersebut, Surabaya memiliki PT PAL (Persero). PAL sendiri singkatan dari Penataran Angkatan Laut, sebuah tempat pembuatan (pabrik) kapal, sarana perbaikan maupun pemeliharaan kapal perang dan kapal niaga.

Melihat potensi kemaritiman di Surabaya yang sangat besar, sering timbul pertanyaan bagaimana dengan potensi wisatanya ? Bagaimana kegiatan wisata yang berhubungan dengan pelayaran? Apalagi di suatu masa Surabaya pernah menggunakan tagline sebagai Kota Indamardi (Industri Dagang Maritim Pendidikan).

Pegiat pariwisata Surabaya, beberapa tahun silam pernah mengadakan aktivitas wisata di sekitaran perairan selat Madura yang dilakukan sebuah operator, menggunakan kapal berjenis phinisi besar. Namun sayang tidak berjalan lama karena unit kapalnya harus segera kembali ke basecamp di Bali. Lantas setelah itu pihak Armatim yang mempunyai unit Kapal wisata bertajuk Harbor Cruise, sempat menjalankan program yang hampir sama, namun kegiatan ini sudah tidak berjalan lagi sejak 4 tahun lalu.

“Ting” Sebuah notifikasi pesan singkat masuk dari seseorang yang penulis beri nama Nasrul. Beliau adalah Operator Phinisi.

“Kalau bapak berkenan kita ngobrol di Phinisi nanti sore, monggo”

Sebuah ajakan simpatik rupanya, apa yang dipikirkan penulis rupanya bak gayung bersambut untuk bagaimana kembali meramaikan kegiatan pelayaran / cruise di Jawa Timur. Potensi wisata maritim mesti di eksplor, mesti dijajal, dari situ bisa membuat sebuah rekomendasi pada stake holders.

Pertemuan dengan Pak Nasrul, sang operator Phinisi untuk bertemu untuk melihat unit Phinisinya pun berlangsung sore itu. Kapal Phinisi yang sedang parkir di Terminal Veen, Tanjung Perak, nampak gagah. Panjangnya 25 meter lebar 5,2 meter, depth 1,57 meter. Kapal ini dipasang Mesin Mitsubishi D161 yang mampu membawa penumpang 20 orang dengan awak kapal (crew) 6 orang. Daya muat sesungguhnya adalah maksimum 30 orang, namun demi faktor keselamatan dan kenyamanan dibatasi hanya 20 penumpang saja.

Kapal ini memiliki fasilitas 4 kamar tidur dengan 4 bed per kamar, terdapat kamar mandi 2 buah, 1 ruangan dapur, 1 ruangan mesin dan 1 ruangan kemudi dilengkapi dengan 1 perahu skoci dengan daya angkut 8 orang, yang akan dipakai untuk transfer ke darat atau pulau yang tidak memiliki dermaga.

Obrolan menarik seputar Kapal Phinisi itu berlangsung lebih dari 2 jam. Beberapa cangkir kopi dan kudapan menemani kami mengobrol panjang lebar tentang potensi-potensi juga beberapa hal yang sudah dilakukan oleh tim Pak Nasrul. Sejak Phinisi dengan nama Flores Utama Indah ini merapat di Jawa Timur (Surabaya) di awal Februari lalu, Phinisi ini sudah dijajal oleh pihak Dinas Pariwisata Jawa Timur untuk menjelajahi beberapa kawasan pulau di sekitar Madura.

Sangat menarik rutenya, PT Pelindo dibawah unit usahanya yang mengelola Surabaya North Quay (The Only Sunset Point in Surabaya) membuat sebuah Open Trip pada Kamis (31/03/2022) lalu. Penulis diundang untuk mengikuti pelayaran bertajuk “Berlayar Tepi Laut” yang berangkat pukul 14.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB dengan menjelajah pelayaran di sekitaran perairan Selat Madura.

Pukul 13.30 WIB penulis sudah bersiap di point of embarkation, Terminal Veen untuk melakukan pengecekan ulang persiapan pelayaran. Nampak peserta lain berdatangan dengan menggunakan kendaraan yang disediakan pihak Surabaya North Quay. Hadir pula pejabat dari Pelindo yang ikut melepas “Maiden Voyages” hari itu. Setelah acara pengalungan bunga secara simbolis ke beberapa peserta, mulailah pelayaran ini.

Awak kapal memberikan safety briefing kepada seluruh peserta saat kapal mulai bergerak melayari lautan. Cuaca agak mendung sewaktu kami mulai berlayar, ini sesungguhnya bagus, jadi tidak terlalu terik.

Sekitar 15 menit pertama Pak Nasrul yang berperan sebagai guide di atas kapal tersebut memberikan informasi tentang apa-apa yang terlihat di jalur pelayaran, terdapat kapal-kapal besar, melewati juga pangkalan AL dan Patung ikonik Jalesveva Jayamahe. Dari jauh mulai tampak Jembatan Suramadu, salah satu Highlight dari acara ini. Sebagian peserta mulai memilih tempat di depan Phinisi dengan berpose masing-masing untuk berfoto atau membuat story di kanal sosial medianya masing-masing.

Oleh nahkoda ketika melewati Patung Jalesveva Jayamahe, Phinisi dibawa agak mendekat dan mengurangi kecepatan sehingga memberikan peserta untuk dapat mengambil foto-foto. Demikian juga ketika Jembatan Suramadu makin terlihat dekat, laju Phinisi diperlambat.

Setelah melewati Jembatan yang dipercaya terpanjang kedua di Asia Tengara ini, awak kapal membuka sebagian layar, mungkin untuk atraksi juga. Sebuah cara yang hanya bisa dilakukan oleh pelaku yang mempunyai cukup pengalaman melakukan perjalanan wisata.

Di paruh kedua dalam perjalanan balik ke Terminal Veen, para peserta diajak tour of the ship. Nampak fasilitas kabin-kabin yang tersedia, kabin untuk awak kapal, dapur dan fasilitas lain di kapal.

Mendekati akhir pelayaran cuaca menjadi sedikit lebih cerah. Sekitar pukul 16.00 WIB, Phinisi sudah mendekati ke area Terminal Veen dan merapat kembali di pukul 16.15. Tepat 2 jam seperti yang tertera di program acara. Dari Terminal Veen semua peserta ditransfer kembali ke Surabaya North Quay oleh pihak penyelenggara.

Sebuah perjalanan yang menarik, dalam hanya waktu kurang lebih 2 jam penulis dan para peserta dibawa melihat pemandangan sekitar Selat Madura, melewati Patung Jalesveva Jayamahe, yang mana sulit mendapatkan angle yang baik untuk foto jika tidak melalui jalur laut. Juga pengalaman melewati kaki Jembatan Suramadu dari bawah. Dikatakan awak kapal, pelayaran saat sore hari pastinya akan memberikan pengalaman baru yaitu kesempatan berfoto dengan latar belakang Suramadu dan matahari terbenam.

Para peserta yang mengikuti Open Trip ini terdiri dari berbagai elemen, ada juga beberapa awak media lokal, ada keluarga yang membawa anak kecil, ada beberapa pasangan juga ada yang berkelompok kecil, terdapat juga perwakilan dari pihak Surabaya North Quay turut serta. Masing-masing memilih posisi dan tempatnya sesuai dengan keinginan. Penulis memperhatikan yang membawa anak kecil lebih memilih di deck atas, sambil duduk di bean-bag. Yang berpasangan ada yang memilih di deck bawah ataupun di deck atas untuk berfoto-foto, swafoto maupun couple-photo.

Tentang Phinisi Flores Indah Utama sendiri, dibangun di Sulawesi Selatan, di Bone dan sebelum dibawa ke Jawa Timur ini sudah beroperasi di kawasan Labuan Bajo, Flores selama kurang lebih 3 tahun. Dengan pengalaman ini sudah pasti semua tim dan awak Phinisi terbiasa memberikan pelayanan yang baik terhadap para wisatawan selama mereka beroperasi di Labuan Bajo.

Phinisi ini didesain juga untuk menginap, terdapat 4 buah kabin, 3 kabin di deck bawah dengan konsep bunk-bed masing-masing dapat diisi 4 orang dan 1 kabin di deck atas juga dapat diisi untuk 4 orang. Terdapat 2 kamar mandi diluar dan di deck bawah terdapat ruang komunal yang biasanya dipakai untuk makan atau coffee-break ataupun di waktu senggang untuk berbincang dengan sesama peserta. Di deck atas, terdapat juga sun-deck yang biasaya dipakai untuk berjemur (untuk wisatawan asing biasanya), juga dapat ditaruh beberapa bean-bag untuk bersantai sambil melihat pemandangan laut sekitar selama pelayaran.

Kapal Phinisi Flores Utama Wisata ini dapat juga disewa untuk kegiatan-kegiatan lain, pre wedding photo shoot, akad nikah, arisan, ataupun corporate meeting atau gatherings dengan suasana berbeda, an extra ordinary program.

Sebuah pilihan baru berwisata di Surabaya! (adjiewahjono/joseph/rn+)

Penulis : Adjie Wahjono, pegiat pariwisata, Operation Manager Aneka Kartika

Editor : Joseph

Photo : Adje Wahjono