Racikan chef USA di Shabu Kojo lebih cocok di lidah orang Indonesia
Bandung, rexnewsplus.com – Bicara selera makanan ternyata Orang Bandung juaranya. Beragam masakan dan olahan makanan selalu saja ada yang baru. Inovasi cita rasa, bentuk, warna, bahan baku dan berbagai olahan makanan selalu saja baru.
Bagi penyuka makanan Jepang tentunya tidak asing lagi dengan shabu-shabu, yakni makanan jenis Nabemono berupa daging sapi dengan irisan yang sangat tipis yang dicelup atau direbus ke dalam panci khusus berisi air panas di atas meja makan, dimakan bersama saus (tare) yang mengandung wijen yang disebut gomadare atau ponzu. Di dalam panci biasanya juga dimasukkan sayur-sayuran, tahu, udang dan lainnya sesuai selera.
Melengkapi shabu, ada grill, berbagai jenis daging dan ikan yang sudah dibumbui tinggal di bakar di atas sebuah wajan panas. Self cooking ini sangat menarik.
Salah satu tempat paling asik untuk menikmati shabu shabu di Kota Bandung adalah Shabu Kojo, terletak di pusat Kota Bandung tepatnya di Jl. Progo. Tidak sulit mencari jalan ini, patokannya adalah belakang Gedung Sate atau Jl. LLRE Martadinata (Riau).
Luas bangunan Shabu Kojo sekira 700 meter persegi dengan kapasitas kursi hingga 170 pengunjung, namun di Era New Normal ini management hanya membatai maksimal 130 kursi saja.
“Kami menerapkan prokes ketat, mulai dari memasuki ruangan, pengunjung wajib check suhu tubuh, membasuh tangan dengan hand sanitizer dan scan barcode Peduli Lindungi. Di dalam ruangan pun pengunjung wajib memakai masker, plastic hand glove. Petugas kami selalu akan menegur dengan sopan dan humanis bila ada pengunjung yang tidak memakai masker atau sarung tangan bila tengah mengambil makanan,” ungkap Aris Budiman Lacaden pengelola resto Shabu Kojo itu saat dikunjungi rexnewsplus.com Selasa (03/05/2022).
Menurut Aris, shabu-shabu disini bukan asli Jepang, tetapi sudah dimodifikasi dengan cita rasa yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Pernah didatangkan Chef asli orang Jepang, olahan makanan sesuai dengan yang ada di Jepang, ternyata pengunjung tidak terlalu memberi respon positif dengan hasil racikan chef tersebut. Maksud managemen ingin menampilkan rasa original Jepang tetapi pasar tidak merespon baik.
Aris yang sudah lama malang melintang di dunia kuliner sejak tahun 90 an dan banyak belajar di Christmas Island – Australia ini mencoba memetakan keinginan pelanggan, dengan menganalisa dan mencoba, akhirnya Aris meminta seorang Chef USA yang sudah lama berkecimpung di spesialiasasi makan Jepang dan Indonesia. Rupaya hasil modifikasi rasa dan sajian yang dibuat Aris dan chef USA – Urang Sunda Asli – ini sangat diluar dugaan.
“ Kami ambil kesimpulan bahwa customers khususnya orang Indonesia tuh enggak menerima dengan rasa Jepang asli, nggak cocok, karena rata-rata orang Indonesia khususnya Bandung khan sukanya gurih, pedas, asin manis khayak gitu” imbuhnya.
Salah satu kekuatan dan daya tarik Shabu Kojo adalah racikan kuah yang dibuat oleh Chefnya. Ada kuah tom yam, chicken original dan yakiniku. Pengunjung yang datang ke Shabu Kojo harus membuat reservasi terlebih dahulu karena tingkat kunjungan sangat padat.
“Kami membatasi durasi menikmati makanan disini selama 2 jam. All You Can Eat, apa yang kami sajikan disini silahkan dimakan, dinikmati sepuasnya. Mulai dari es krim aneka rasa hingga main dish. Kami sajikan langsung dan semua boleh dinikmati. Hanya kami berpesan ambillah sesuai porsi dan kekuatan perut agar makanan tidak mubazir, ” kata Aris yang memiliki garis keturunan Philipina ini, dimana leluhurnya bermarga Lacaden.
Seperti diketahui memang ada orang kita yang lapar mata, main ambil makanan tanpa mengukur kemampuan perutnya, alhasil makanan yang sudah diambil tidak dimakan dan menjadi sampah. Tetapi bagaimana tidak, sayuran segar, daging-daging segar dan aneka makanan lezat dihampar begitu saja untuk dinikmati. Namanya juga all you can eat.
Beberapa rumah makan di Bandung khususnya dalam beberapa waktu ini sudah menggelar aneka makanan, sebut saja Rumah Makan Bancakan dan Bajamba, ada puluhan bahkan ratusan menu yang tinggal diambil. Seolah-olah makanan itu melambaikan dan berteriak agar diambil oleh pengunjung. Bukan itu saja petugas resto pun akan menawarkan menu lain yang mungkin terlewatkan, menawarkan sup kaki, rawon, sayur asem, es jeruk dan lainnya. Bagi yang benar-benar lapar mata (tertarik karena melihat) akan serta merta mengambil. Akan tetapi ingat, diujung antrian sudah ada Teteh Kasir dengan senyum lebar akan mengabsen, mendata, menghitung menu atau jenis makanan yang diambil dan harus dibayar.
“Di Shabu Kojo kami mengutamakan kepuasan pelanggan. Sekali lagi kami persilahkan mengambil sepuasnya, yang kuat makan daging sampai sekilo, dua kilo, sayuran setumpuk, silahkan. Kami tidak membatasi. Yang penting tamu puas. Tetapi tetap kami menghimbau agar lebih bijak mengambil makanan supaya tidak bersisa.” Aris mengingatkan.
Harga yang dikenakan bagi pengunjung untuk Week Day adalah IDR 207.000 per orang dan di Week End atau hari libur IDR 227.0000 per orang. Restoran buka mulai pukul 10.00 hingga pukul 22.00 WIB. Last Order pukul 20.30.
Ada sekira 38 karyawan yang bekerja dalam 2 shift. Bagi managemen tidak harus dari lulusan tertentu untuk bisa bekerja di sana, yang penting memiliki karakter yang kuat untuk mau bekerja dan melayani pelanggan. Managemen sangat menyadari bahwa melakakn usaha di bidang services (pelayanan) ini sangat dibutuhkan pemahaman mengenai grooming dan greetings, untuk itu secara berkala diberikan pelatihan-pelatihan mengenai services excellent untuk lebih meningkatkan pelayanan.
Sampai saat ini Shabu Kojo di Indonesia hanya ada 2 saja, di Bandung dan Cibubur. Diharapkan pertengahan tahun ini cabang di Tangerang sudah bisa beroperasi.
Menurut Aris, dengan maraknya kuliner, khususnya makanan sejenis, bukan menjadi sebuah kompetisi untuk secara membabi buta menarik konsumen dengan memainkan harga.
“Jadi bagi kami sebetulnya mereka bukan kompetitor, tapi kami anggap sebagai temen main lah, sebab kalau kita jadikan sebagai kompetitor seperti itu nanti ujung-ujungnya kita nggak main secara sehat, nggak konsentrasi ke kualitas. Artinya kita anggap mereka itu teman kita untuk hanya fokus memberikan layanan terbaik ke customers. Jadi kita adalah sama-sama teman seperjuangan memajukan pariwisata dari sisi kuliner dan kita lebih fokus ke karir,” ucap Aris.
Dalam berusaha, Shabu Kojo tidak lepas dari sisi sosial, setiap hari minimal 30 nasi bungkus dikirimkan kepada orang-orang yang tidak mampu. Selama lebih dari 2 tahun kebelakang ini Aris sudah membentuk team khusus untuk pendistribusian nasi bungkus bagi masyarakat yang kurang mampu di wilayah Kota Bandung. Ini dilakukan setiap hari dan menurut catatannya, sudah puluhan ribu nasi box yang disalurkan oleh team dengan menyisir sekeliling kota mulai dari wilayah selatan, barat timur, utara dan pusat Kota Bandung.
“Selain itu secara berkala, khususnya di setiap bulan Ramadhan atau ulang tahun berdirinya Shabu Kojo kami mengundang para anak yatim dan memberikan santunan. Kami berbagi atas hasil usaha kami.” Pungkas Aris.
Shabu Kojo sudah cukup dikenal oleh masyarakat, akan tetapi dengan maraknya media sosial managemenpun menyasar instagram, Face Book, Tik Tok dan sebagainya. Akan tetapi bukan hanya promosi saja di medsos, Aris mengajak semua untuk mencoba dulu racikan menunya, dipastikan beda, cita rasa yang pas di lidah, pas di hati, silahkan dinikmati sesuai porsi diri karena makanan di Shabu Kojo begitu melimpah.
“Semoga masyarakat tetap menjaga prokes sehingga pemerintah tidak lagi memberlakukan leveling PPKM yang mengganggu iklim usaha. Apa yang kami lakukan sesungguhnya untuk membuka lapangan kerja juga, maka dengan ini diharapkan pemerintah memperhatikan pula para pengusaha,’ tutup Aris. (joseph/rn+)