BAKMI JOWO OMAH NANO RASA NIKMAT SUASANA DAPAT DOMPET TETAP PADAT
“ ………..kalau orang berulang tahun menu utamanya adalah makan mi,
dowo umure lan dowo rezekine……….”
Bandung, rexnewsplus.com – Uyon Uyon Gending Jawa terdengar sayup diantara cuaca sejuk Kota Bandung malam itu. Dalam temeram beberapa lampu pijar watt rendah, suasana homy dan cozy sangat terasa di sebuah tempat ngopi asik di kawasan Antapani – Bandung Jawa Barat.
Atmosfir kejawen khas Ngayogyakarta terasa kental, bukan saja dari pemutaran lagu pengiring makan, tapi ambience yang terbentuk akan membawa kita yang kangen suasana Jawa.
Bakmi Omah Nano. Demikian nama kedai bakmi jowo itu. Terletak di Jl. Randu Sari Raya No.2, Antapani Kidul, Kec. Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat sudah berdiri sejak tahun 2017.
“Tepatnya tanggal 13 Mei 2017 kami launching tempat makan sederhana ini. Berawal dari hobby makan, hobby masak dan saya pensiun dari pekerjaan sebagai pengembang, istri saya memiliki ide memanfaatkan pekarangan seluas kira-kira 300 meter persegi ini untuk membuat usaha bakmi. Ya sudah dengan modal tabungan kami rehab tempat ini agar menjadi tempat yang nyaman untuk makan.” Ungkap Nano, yang memiliki nama lengkap Petrus Canisius Sugiyarno, S.H
Kepada rexnewsplus.com Nano menceritakan sedikit asal muasal bakmi jawa ini. Mie Jawa atau dalam bahasa Jawa dikenal sebagai bakmi godhog, merupakan makanan favorit yang adalah bakmi rebus, dimasak dengan bumbu khas tertentu yang kadang menjadi resep rahasia leluhur. Bukan hanya di Jawa saja, dikenal ada masakan mie dari Palembang, Aceh, Medan, Bangka, dan lain-lain.
”Nah kalau di Jawa, kebanyakan bakmi Jawa adalah bakmi rebus, baik yang airnya banyak atau sedikit yang dikenal dengan istilah nyemek. Mie berasal dari negeri Tiongkok, bentuknya seperti tali kecil yang panjang. Lha kalau di China sana kalau orang berulang tahun menu utamanya adalah makan mi, dowo umure lan dowo rezekine.” Ujar Nano dengan logat bahasa Jawa yang kental.
Didampingi istrinya, Sofia Indiah, Nano mengatakan bahwa dia adalah chef terbaik untuk keluarganya. Dari kepiawaiannya memasak dan dorongan ketiga anak gadisnya berpromosi di medsos membuat Bakmi Jowo Omah Nano ini cepat sekali di kenal.
“Pengunjung memang kebanyakan orang Bandung, tapi banyak juga pengunjung dari Solo, Jogya, Jakarta bahkan dari Surabaya, yang sengaja datang hanya untuk menikmati Bakmi nyemek atau nasi goreng mawut buatan saya.” Ujar Sofia sambil tersipu-sipu. Ibu dari tiga anak dan sudah memiliki 1 orang cucu ini masih terlihat muda, segar, trendy dan cantik.
Investasi yang digelontorkan untuk usaha ini memang tidak sedikit, akan tetapi Nano selalu optimistis bahwa usaha apapun selalu ada fluktuasi. Bahkan ketika pandemi covid-19 melanda, usahanya sempat tutup karena aturan PSBB dan PPKM.
‘Tetapi tutupnya hanya 3 bulan saja, itu kami lakukan untuk merebab tempat ini supaya menjadi lebih luas dan nyaman” Sofia menjelaskan.
Lanjut dia, dibuatnya tempat lesehan yang nyaman, ruang karaoke dan tempat ngopi cantik untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat sekitar. Pertemuan-petemuan dalam skala kecil, ibu-ibu arisan banyak yang memakai tempat ini. Anak-anak muda sekarang sudah mulai menemukan tempat yang cozy yang tidak jauh dari ring 1 pusat kota. Bahkan beberapa kali tempat ini dijadikan untuk acara tunangan dan akad nikah juga.
Ada satu keunikan dalam memesan Bakmi Jawa, yakni pemesan harus sabar, karena ternyata mie itu dimasak dalam wajan kecil dengan api arang kayu bakar yang ditempatkan dalam anglo. Meskipun banyak pembeli yang memesan, chef ini tidak akan memasak semuanya dalam satu wajan besar, tetapi pesanan dimasak satu porsi demi satu porsi dengan racikan satu satu.
Tetapi itulah ciri khasnya, pelanggan rela mengantri sekian puluh menit untuk mendapatkan bakmi pesanannya. Tetapi nilai menunggu ternyata terkalahan oleh nilai kepuasan saat menyantap pesanannya. Apalagi bila memesan porsi special dengan penambahan suwiran daging ayam kampung dan telur bebek.
Nano mensiasati kejenuhan pembeli menunggu dengan menyajikan menu aneka minuman, mulai dari kopi hingga wedang uwuh. Sebuah kolaborasi apik, dimana sekeluarga terlibat dalam usaha ini, bapak menyiapkan minuman, ibu memasak pesanan, anak sebagai waitress dan cashier. Sebuah mutuaslisma yang patut menjadi contoh.
Akhir-akhir ini banyak pengunjung dari kawula muda yang ingin mencari sensasi suasana jawa, untuk itulah menu yang disajukan juga menyesuaikan dengan selera kekinian. Kekuatan medsos yang di upload oleh anak-anaknya yang masih ABG ini mendapat sambutan luar biasa. Puluhan porsi nasi goreng, bakmi goreng, rebus, nyemek habis terjual. Dari sisi minuman pun tidak kalah rame. Nano handal meracik kopi, meracik coklat dan minuman jahe serta wedang uwuh yang semula tidak disukai oleh kawula muda, tetapi kini malah menjadi favorit. Sudah mulai terasa kejenuhan pelanggan, minuman kopi sudah mulai bergeser, nampak trend akan berubah ke healthy drink macam jahe dan wedang uwuh, minuma tradisional yang sehat.
Kedai Omah Nano buka dari pukul 18.00 hingga 22.00 setiap hari, kecuali Senin. Harga sangat ringan di kantong, masih kisaran 20 ribuan untuk semangkuk mie rebus dengan sejuta kepuasan lidah menari-nari oleh cita rasa masakan. Suasana homy sungguh terasa, membuat betah bagi pengunjung yang ingin bercengkrama secara akrab dengan pemilik kedai ini. (joseph/rn+)