BERWISATA KE NAGARI TUO PARIANGAN : SALAH SATU DESA TERINDAH DI DUNIA

Pemandangan Nagari Tuo Pariangan (foto istimewa/mmcproduction)
Bandung, rexnewsplus – Berada di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Desa Wisata Nagari Pariangan disebut menjadi salah satu desa terindah dunia versi budget travel Amerika bersama Wengen di Swiss, Shirakawa-go di Jepang, Eze di Perancis dan lainnya.
Desa Wisata Nagari tuo pariangan merupakan pemenang Event Anugrah Desa Wisata tahun 2022 dengan kategori pemenang sebagai Juara 1 Desa Wisata Berkembang Anugrah Desa Wisata 2022.
LOKASI NAGARI PARIANGAN
Desa Nagari Pariangan terletak di Lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Lokasinya sekitar 95 kilometer (km) dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi.Nagari Pariangan yang berada di ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut (mdpl) juga menawarkan pemandangan hijau berupa hamparan terasering sawah.
Di sisi jalan menuju lokasi desa Pariangan Anda akan ditemani oleh indahnya pemandangan hijau yang asri. Ada persawahan yang subur, pepohonan yang rimbun dan rumah khas Sumatera Barat yaitu rumah Gadang. Walaupun terlihat Padat rumah Gadang terlihat rapi dengan penempatan yang disesuaikan dengann kontur tanah yang ada. Setiap mata memandang akan dimanjakan dengan atap gonjong rumah Gadang yang terlihat tua namun masih apik dan khas dengan motif minang yang kental.
SEJARAH NAGARI TUO PARIANGAN
Nagari Pariangan disebut juga Nagari Tuo Pariangan, yaitu desa paling tua yang menjadi cikal bakal rakyat Minangkabau. Menurut sejarah cerita masyarakat sekitar, leluhur Minang berasal dari gunung Marapi. Dahulu sejarahnya puncak gunung Marapi masih datar berupa daratan yang dikelilingi air. Saat air mulai surut, masyarakat mulai membangun perkampungan di wilayah tersebut.
Nagari sendiri adalah sebuah sistem pemerintahan khas di masyarakat Minangkabau. Kabarnya dahulu sebelum 1980 pemerintahan Nagari mirip dengan konsep polis pada masyarakat Yunani kuno yang otonom dan egaliter. Saat itu belum ada sebutan desa namun disebut Nagari. Oleh karena itu lahirlah Nagari Pariangan.
Pada tahun 1981 lahir undang undang perubahan sistem pemerintahan di tingkat bawah sehingga pemerintahan nagari diubah menjadi pemerintahan desa.
Pada tahun 1999 lahir undang undang otonomi daerah yang memberikan peluang bagi daerah untuk mengembangkan desanya masing.
Desa Pariangan pun mengambil kesempatan tersebut dan mengembalikan pemerintahan desa kembali ke Nagari. Hingga saat ini sistem pemerintahan Nagari masih dipakai di Sumatera Barat.
Jika di lihat dari asal kata Nagari berasal dari bahasa sansekerta “Nagarom” yang berarti tanah air atau tanah kelahiran. Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan adat istiadat yang dipercaya dan dihormati di Sumatera Barat. Itulah sejarah singkat desa Pariangan, selanjutnya kita akan bahas apa saja yang bisa dinikmati di desa wisata Nagari Pariangan.
DAYA TARIK DAN WISATA YANG ADA DI NAGARI TUO PARIANGAN
- Mesjid Tuo Pariangan

Mesjid Tuo Pariangan (foto istimewa)
Masjid Ishlah dibangun pada abad 19 dan menjadi bangunan tertua di Minangkabau. Masjid Ishlah dibangun oleh Syekh Burhanuddin seorang ulama terkenal di Minang.
Awalnya masjid ini dibangun di makam Panjang namun kemudian dipindah ke area dekat pemandian. Agar lebih dekat dengan masyarakat dan adat.
Yang menarik dari masjid Ishlah adalah arsitekturnya. Arsitekturnya menyerupai kuil-kuil di Tibet. Masjid hanya satu lantai karena jika diubah menjadi 2 lantai maka akan merubah sejarah.
Masjid sudah direnovasi sebanyak 3 kali yaitu 1920, 1985 dan 1994. Uniknya ada pancuran yang mengeluarkan air panas. Jadi Anda bisa berwudlu dengan air panas yang berasal dari gunung Marapi.
- MAKAN DATUAK TANTAJO GARHANO

Makam Datuak Tantejo Gurhano (foto istimewa)
Makam Datuk Tantajo Garhano juga menjadi salah satu situs sejarah di desa Pariangan. Yang unik dari makam tersebut adalah lebar dan panjangnya berubah-ubah jika diukur.
Makam Datuk Tantajo Garhano kini ditumbuhi pepohonan sehingga lebih pantas disebut sebagai taman. Namun sebagai wilayah yang sakral maka pengunjung tidak bisa masuk seenaknya. Pengungjung hanya dapat melihat dari luar pagar.
- SAWAH GADANG SATAMPANG BANIAH
Sawah Gadang Satampang Baniah menjadi sawah pertama yang dibuka oleh Datuk Tantajo Garhano sebagai leluhur masyarakat Minang yang kini dijadikan cagar budaya oleh masyarakat setempat. Sawah Gadang Satampang Baniah terletak diujung jalan utama desa.
- PUNCAK NAGARI TUO PARIANGAN

Pemandangan dari Puncak (foto istimewa/dokumentasi pribadi)
Buat Anda yang ingin mendapatkan foto-foto yang indah dengan background pemandangan, puncak desa bisa menjadi tempatnya.
Anda bisa jalan kaki jika suka pemandangan. Di atas Anda bisa menemukan tempat berfoto. Hamparan sawah, gunung dan eksotisme rumah gadang serta liukan jalan bisa jadi bidikan yang indah untuk lensa foto Anda.
- MENIKMATI KAWA DAUN

Kawa Daun (foto istimewa)
Hal unik lainnya yang bisa kamu temukan di Nagari Tuo Pariangan adalah kopi kawa daun. Tidak seperti kopi pada umumnya, di desa ini penduduknya menyajikan kopi yang dibuat dari pucuk daun pohon kopi. Cara pembuatan kopi ini juga sama seperti teh, namun disajikan menggunakan batok kelapa.
Penggunaan bahan yang berbeda ini mampu menghasilkan cita rasa unik. Tampilannya berwarna kecoklatan, tidak hitam seperti kopi lainnya. Kopi ini telah dinikmati oleh pribumi sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu rakyat pribumi harus menjual biji kopi pada kolonial Belanda dan hanya bisa menikmati seduhan kopi dari daunnya saja. Meski demikian, kopi ini mampu menarik minat para pecinta kopi internasional lho.
ATRAKSI DAN FASILITAS DI NAGARI TUO PARIANGAN
Desa ini juga memiliki berbagai potensi wisata budaya, seni, dan kuliner, seperti tari Piriang dan seni musik Talempong Pacik, Saluang, kuliner dakak-dakak, dan kopi kawa daun yaitu minuman yang terbuat dari daun kopi.
Kemudian, ada sejumlah atraksi wisata yang bisa dinikmati pengunjung, di antaranya pacu jawi yang diadakan pada waktu tertentu, trekking Air Terjun Batang Bangkaweh mulai Rp 25.000, berkemah di puncak Aro Rp 600.000, Rice Fields Walk Rp 25.000, hingga Pariangan Heritage Walk Rp 25.000.
Untuk penginapan, ada beberapa pilihan yang tersedia, seperti homestay Rumah Gadang Datuak Panduko mulai Rp 75.000, Homestay Rumah Gadang Angku Bandaharo Kayo Rp 100.000, dan Homestay Umega Rp 350.000. Fasilitasnya juga cukup lengkap, mulai dari area parkir, cafetaria, kamar mandi umum, mushola, tempat kuliner, spot foto, dan lain-lain.
Artikel Ini Diambil Dari Beberapa Sumber
Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera di tayangkan. Materi dan photo – photo ( max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi (+62) 87729436180)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!