SETELAH ORANG EROPA BERMUNCULAN ORANG CHINA DAN PRIBUMI MENDIRIKAN USAHA TOERISTEN BUREAU
Seri Sapa Pariwisata – 7 (Sapar)
Oleh: Paul Edmundus Talo
Tahun 1928 Lislind perusahaan Toeristen Bureau yang merupakan gabungan (merger) dua perusahaan yaitu perusahaan Lisione dan Lindeman yang kantor pusatnya di Den Haag-Belanda dan telah membuka cabang di Batavia berganti nama menjadi Nitour (Nederland Indische Toeristen). Perusahaan ini milik Pemerintah Belanda.
Setelah itu Nitour membuka cabangnya di berbagai kota di tanah jajahan Belanda termasuk di Bali. Nitour menjalankan peran membukukan hotel, menjemput turis-turis di pelabuhan dan menjalankan perjalanan wisata (tur) ke obyek-obyek wisata sesuai dengan brosur-brosur yang sudah bertebaran di mana-mana di seluruh negeri di mana kapal laut KPM singgah seperti halnya Batavia, Semarang, Surabaya, Singaraja dan Makasar pp. Selain berdasarkan brosur, juga atas permintaan para turis itu. Masa tinggal mereka 5-10 hari disesuaikan dengan jadwal Kapal KPM yang datang dan pergi.
Selain Nitour yang berkembang cepat di Batavia dan kota-kota lain di Hindia Belanda, seperti telah tertulis sebelumnya bahwa di tanah jajahan Kerajaan Belanda ini sudah hadir perwakilan Thomas Cook dan American Express. Khusus di Bali ada kehadiran Princess Patimah perempuan pribumi yang berkiprah di dunia tourisme itu seperti yang tertulis sebelumnya. Di samping itu ada pula beberapa perusahaan toeristen bureau yang dibuka oleh warga pribumi keturunan Cina seperti halnya Kaliman Toeristen, Compass dll. Mereka juga beroperasi untuk menangani para turis yang datang dan pergi.
Di Bali, pada tahun yang sama berdiri Hotel Kuta Beach di Kuta, Hotel Sindhu Beach di Sanur dan Bali Hotel di Denpasar. Tahun 1930 Tjokorde Sudarsana Sukawati saudara Raja Ubud membuka penginapan di Ubud. Hal ini tidak terhitung pasanggerahan-pasanggerahan yang dibuka pemerintah sebelumnya dan beberapa losmen yang dibuka para pribumi.
Para Guide berkeliaran ke sana kemari membawa turis-turis dengan mempergunakan bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Singkatnya, tourisme berjalan lancar sampai perang dunia ke II yang akhirnya menyetop semua kegiatan para turis di seluruh wilayah jajahan kolonial Belanda yang mereka sebut sebagai Hindia Belanda atau Dutch Indische ini….. (Joseph/rn+)
bersambung
Paul Edmundus Tallo adalah Ketua Umum IINTOA (Indonesia Inbound Tour Operator Association), terlahir di Flores 76 tahun lalu, sudah berkecimpung di dunia pariwisata sejak tahun 1972. Setelah menyelesaikan studi nya di Akademi Pariwisata dan Perhotelan Denpasar, semangat belajar tidak pernah padam, sehingga di masa tuanya berhasil meraih gelar Doktor pada tahun 2022 pada Program Studi Doktor Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali.
Redaksi menerima sumbangan tulisan, berita dan artikel yang berhubungan dengan pariwisata. Apabila memenuhi syarat, setelah melalui proses editing seperlunya akan segera ditayangkan. Materi dan photo-photo (max 5 gambar) bisa di kirimkan melalui nomor WA Redaksi +62 81320-97-9339
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!