“…menengadah ke langit dengan jutaan bintang yang jelas terlihat di angkasa.
Tak terasa air mata akan menetes,
maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan kau dustakan..?”

Pulau Komodo adalah salah satu situs warisan dunia yang diakui UNESCO, merupakan rumah dari kadal raksasa yang hanya ada di Indonesia. Banyak kesalahan penyebutan nama hewan ini, orang lokal menyebutnya sebagai Ora, sedangkan komodo itu sendiri adalah nama Pulau, masyarakat terlanjur sudah mengenal dengan nama Komodo.

Terletak di Kepulauan Nusa Tenggara, pulau ini berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.Pulau ini termasuk salah satu kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Kecamatan Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Labuan Bajo adalah sebuah Kelurahan di Kota Kecamatan Pulau Komodo, merupakan destinasi impian bagi semua traveller, terutama ketika pemerintah menetapkan Labuan Bajo sebagai destinasi super premium di Indonesia.

Perjalananan menuju Labuan Bajo dari Jakarta ditempuh sekitar 2,5 jam penerbangan langsung dan mendarat di Bandara Internasional Komodo. Sesaat sebelum mendarat, dari kursi pesawat kita sudah disuguhi indahnya hamparan gugusan pulau-pulau kecil yang mengelilingi dan melindungi tepian Pantai Labuan Bajo dari Samudra Hindia. Awal dari perjalanan di daratan Pulau Fores Barat ini di mulai dengan melihat kota Labuan Bajo dari ketinggian Bukit Amelia. Durasi perjalanan hanya 15 menit saja dari Airport. Disini kita akan disuguhi pemandangan kota kecil Labuan Bajo yang berawal dari sebuah desa nelayan yg dihuni oleh para pelaut atau nelayan dari daerah Bajo dan Bugis Sulawesi Selatan. Kata Labuan sendiri berarti Labuhan atau tempat berlabuh para nelayan. Pemandangan Kota Labuan Bajo yang dilindungi oleh pulau-pulau kecil di depannya, merupakan pemandangan yang sangat layak untuk dinikmati oleh para traveler terutama bila saat matahari terbenam.

Untuk menikmati New Seven Wonders kita harusn menuju Pelabuhan untuk menaiki Kapal Phinisi khas Bugis. Kapal yang didesain khusus untuk menjadi hotel terapung dimana wisatawan bisa tinggal selama dua sampai tiga hari perjalanan di laut ini, dilengkapi dengan fasilitas kamar AC, kamar mandi dan fasilitas lainnya tergantung dari jenis kapal phinisi yang disewa oleh wisatawan.

Pemandangan indah bawah laut dengan snorkeling yang alat-alatnya sudah disiapkan oleh para kru kapal dan berenang di pantai-pantai perawan pulau-pulau kosong merupakan sensasi tersendiri yang sangat layak untuk dinikmati selama perjalanan. Perjalanan menuju pulau-pulau atau spot snorkeling biasanya diantar oleh sekoci kecil yang selalu menyertai kapal Phinisi. Sore hari saat matahari terbenam di Pulau Kalong, adalah waktu terbaik untuk menikmati kopi panas khas Nusa Tenggara ini dan kudapan khas yang disiapkan para kru Kapal. Akan kita saksikan ribuan Kelelawar meninggalkan sarangnya untuk menuju daratan Flores atau Pulau sekitarnya mencari makanan terutama buah-buahan dan kembali sebelum Sang Surya kembali dari tidurnya.

Sensasi yang tak terlupakan akan didapatkan saat bermalam di kapal yang ditambatkan. Sambil bersantai menikmati makan malam dan sesekali menengadah ke langit dengan jutaan bintang yang jelas terlihat di angkasa. Tak terasa air mata akan menetes, maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan kau dustakan..? Saat kita masih terlelap dalam buaian mimpi, dini hari kapal sudah bergerak menuju sebuah pulau yang terletak hampir di penghujung Samudera Hindia. Pulau Padar, disini kita dapat menikmati hamparan pulau-pulau dari ketinggian sekitar 200 mdpl dengan meniti sekitar 300 anak tangga. Pemandangan menakjubkan akan terpampang jelas di mata kita saat matahari terbit dibelakangnya. So worthed semua galau letih lelah akan hilang seketika.Dari Pulau Padar perjalanan dilanjutkan menuju Pink Beach yang begitu fenomenal dengan pantai yang pasirnya yang berwarna kemerahan dan airnya yang jernih. Kapal akan perlahan bergerak menuju Pulau Komodo yang sampai sekarang habitatnya masih terjaga dengan baik.

Disini kita akan melihat hewan melata raksasa hidup berdampingan dengan penduduk setempat, dimana hewan tersebut sekarang sudah berkembang biak dengan baik karena di Taman Nasional tersebut juga berkembang biak hewan mangsanya yaitu Rusa. Wisatawan yang berkunjung ke sana harus didampingi guide lokal atau seorang ranger yang mengerti karakter hewan tersebut. Momen indah yang wajib dilakukan adalah berphoto dengan Komodo dari jarak aman.

Menikmati kuliner masakan laut juga merupakan hal yang sangat diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Udang, kepiting dan lobster segar sangat mudah dipesan di restoran kaki lima ataupun cafe-cafe . Tempat kuliner ini bayak terdapat di sana seiring dengan perkembangan pariwisata dan banyaknya wisatawan yang datang. Selain itu banyak toko-toko souvenir dengan harga wajar terukur sebagai buah tangan. (joseph/arie/btlci)

Such an unforgettable moment…
Penulis : Arie Asgari (Lelaki Petualang)
Editor : Joseph